Siapa sih yang gak suka digangguin?
Nyebelin banget, kan?
Apalagi kalo sering digangguin temen...
Tapi, pernahkah kalian diganggu oleh selain manusia???
Hai, kalian bisa panggil aku Diki. Saat ini aku sedang kuliah semester 3. Aku berasal dari sebuah kota di Ibukota. Dan kampusku adalah salah satu universitas ternama di Jawa Barat. Aku tinggal di sebuah kost bersama seorang temanku. Sebut saja namanya Yuda. Dia seorang pribumi, namun rumahnya berada jauh dari kampus. Aku kenal Yuda ini sejak pertama kali masuk universitas. Awalnya aku kira dia orang yang ramah dan rajin. Itu terbukti dari kesehariannya di kampus sebagai yang paling rajin mengumpulkan tugas. Namun selang beberapa bulan keburukannya mulai terlihat. Lama-lama ia mulai cari muka di depan dosen. Dan dalam pergaulan pun ia cenderung pemaksa dan keras kepala. Tapi di satu sisi aku iba padanya. Dia begitu karena sebenarnya dia seorang introvert. Aku sering melihatnya menyendiri. Hingga akhirnya, dipertengahan semester pertama ia memintaku untuk menjadi teman satu kost. Ya, apa boleh buat. Aku pun menyetujuinya.
Hari-hari pertama semuanya baik-baik saja. Tapi lama kelamaan sifat busuknya mulai nampak. Dia rakus, jorok dan pemalas. Dia berubah 180° dibandingkan kepribadiannya di kampus. Tapi aku masih tidak mengerti, bagaimana bisa dia mengumpulkan tugas kuliah tepat waktu sementara dia sendiri orangnya pemalas? Bahkan mencontek pun tidak pernah. Itulah hebatnya dia. Oh ya, satu lagi hal yang paling kubenci darinya adalah ketika ia baru punya pacar. Dia mulai jadian awal semester 2, dan sampai sekarang hubungannya masih berlanjut. Dia sering pergi apel sehabis Isya dan pulang dini hari. Bukan hanya itu, dia sering mengetuk pintu kamar minta dibukakan. Padahal dia sendiri punya kunci kamar cadangan. Namun ia tidak pernah membawanya dan setiap kali kuingatkan alasannya, lupa. Otomatis aku merasa terganggu dari situ. Dan kalian tahu, itu terjadi setiap hari sejak ia mulai pacaran. Huft... Ya Tuhan... Berkali-kali aku mengancam untuk pindah kost-an. Namun, ia seringkali memohon padaku untuk tetap tinggal. Aku tidak tahu harus bagaimana. Tapi, suatu malam kejadiannya berubah.
Daripada harus membukakan pintu, aku putuskan untuk tidak mengunci pintu kamar. Kalaupun ada pencuri yang masuk, aku tidak peduli. Biasanya Yuda pulang antara jam 1 dan 2 malam. Dan tepat perkiraanku, dia mengetuk pintu kamar kost. "Masuk aja Da! Kagak dikonci!", tapi anehnya dia malah terus mengetuk pintu. Disitu aku mulai kesal. Kuhentak kakiku menuju pintu. Saat kubuka pintu..... ternyata kosong. Tak seorangpun ada diluar. Hmm...mana mungkin orang iseng pikirku. Aku tutup kembali pintu.......
Seseorang memakai kain kafan seperti pocong muncul dari jendela. Aku berlari menjauh dan langsung menutupi diriku. Aku takut, kaget, bercampur kesal. Kalau saja itu si Yuda....fix aku pergi.
Ketika waktu Subuh, aku bangun. Dan disitu si Yuda sedang merapikan bajunya. "Woi Yud! Kurang ajar lo! Lo ngapain semalem pake baju pocong nakutin gua, hah?! Jawab lu!", kumarahi dia. Disitu aku sudah sampai di titik dimana kesabaranku sudah habis.
Tapi ia keheranan, "Baju pocong? Lupa kali lu. Kan gua udah bilang kalau gua balik ke rumah bokap gua meninggal", disitu aku terdiam. Aku baru ingat, Ayahnya Yuda meninggal kemarin siang. Dia bahkan melewatkan pelajaran waktu itu.
"Paling orang sebelah kali", kata Yuda meyakinkan,
"Kagak, orang dah pada tidur semua", kataku. Dengan wajah paranoid Yuda bilang,
"Jangan-jangan....itu yang kata Ibu Kost?", "Maksud lo?",
"Lu belum tau?", aku menggeleng kepala, "Kata si Ibu ati-ati kalo malem, ntar 'Si Babeh' suka iseng kadang",
"Babeh? Babeh siapa?"
Kata Yuda, 'si Babeh' itu..... orang gila yang mati penasaran di tanah kost-an.....








0 komentar:
Posting Komentar