25.1.19

S02E06 : Ikatan Persahabatan Part 1



TBH, ini cerita paling sulit yang ane buat sejauh ini...
Tapi mudah-mudahan, cerita ini bisa diambil sisi positifnya aja...
Selamat membaca...

Note : Tulisan yang di cetak miring = Ilustrasi cerita



Hahahaha.... Hahahaha.... Hahahaha.... Hahahaha....

"Awas lu, Fan! Suatu saat pasti gua bales".
BUKK!!
"Adu-duh!",
"Bud?...",
"*menoleh kearah suara* Heheh...", Dua orang sahabat itu saling membantu satu sama lain. Orang yang memanggil nama orang yang jatuh tertabrak tadi membantunya berdiri. Lalu, datanglah 3 orang temannya yang lain. Nampaknya, ada salah seorang anak yang seragamnya belepotan. Dia, baru saja terjatuh di depan umum karena dijegal kakinya oleh seseorang.

Anak itu memiliki 4 orang sahabat yang selalu mendukungnya. Beberapa kali ia diintimidasi, dipermalukan dan difitnah oleh orang lain, mereka selalu ada untuknya. Dan itulah arti persahabatan yang sesungguhnya...

Halo, panggil aku Niko. Aku ingin menceritakan pengalaman hidupku baru-baru ini. Mungkin ini akan menjadi cerita yang cukup panjang. Tapi Aku harap kalian bisa menikmatinya.

Aku punya geng yang terdiri dari 5 orang. Aku, Budi, Eko, Andre, dan Ari. Eko dan Aku adalah yang paling jahil. Ari si bijak, Andre yang selalu menjadi penengah antara si jahil dan si bijak, terakhir Budi yang sering jadi korban kejahilanku dan Eko. Dari awal kami bertemu, Budi dikenal sebagai anak yang selalu tertindas di sekolah. Entah kenapa, kesialan selalu saja menimpanya. Ari dan Andre yang mengajakku bersama Eko bergabung dengan grup mereka mengajak Budi agar dia bisa move on dari keterpurukannya.

Semasa SMA, kami selalu berjuang bersama. Demi mencapai cita-cita yang kami inginkan. Meskipun Budi kerap dikerjai dan mendapat kesialan, kami selalu ada untuknya. Tunggu, apa Aku bilang kami?

Tidak... lebih tepatnya Ari saja. Eko dan Aku (terkadang bersama Andre) ikut menjahili Budi. Tapi, keisengan kami tidak separah si Fandi. Raja bully di kelas plus preman kelas. Kadang Fandi sering memperparah keisengan kami. Bukan hanya itu, dia sering menuduh kami yang melebih-lebihkan keisengan itu.

Satu waktu...

Bel istirahat berbunyi, seisi kelas mulai berhamburan. Hanya menyisakan Eko, Niko dan Fandi.
"Ssstt! Ko!... Eko!", Niko memanggil Eko saat jam pelajaran usai,
"Apaan?", Eko menghampiri Niko,
"Tuh liat di meja si Budi noh!", Niko menunjuk kearah meja Budi, dimana diatasnya ada uang Rp. 10.000. Sang pemilik uang rupanya sedang ke toilet, "Kita umpetin gimana?", usul Niko,
"Boljug tuh!", dua anak jahil itu menyembunyikan uang itu. Mereka menaruhnya di kolong meja Budi. Saat Budi kembali,
"Eh, Bud? Jajan nyok!", ajak Eko,
"Ayo dah! Gua ngambil duit dulu ya?",
"Ya! Kita jalan duluan ya? Hihih...", Eko dan Niko pergi keluar kelas.
Budi mencari keberadaan uangnya. Terkadang, Budi memang ceroboh. Bahkan sangat bodoh. Dia cemas, pasalnya itu adalah uang satu-satunya yang ia punya. Jika hilang, bukan cuma tidak bisa jajan, tapi juga tidak bisa pulang. Ya, uang itu juga adalah ongkos pulangnya. 

Lalu, ia mengejar Eko dan Niko.
"WOI KO!!", Ya...karena Eko dan Niko memiliki kesamaan pada nama panggilan, "Hah..Hah..Hah..Kembaliin duit GUA!", Mereka menahan tawanya,
"Emang kagak ada di meja?", Budi menggeleng, "Yakin?", Budi mengangguk, "Ya udah deh, yuk! Gua tunjukkin", Eko dan Niko membiarkan Budi maju duluan ke kelas sementara mereka berada di belakangnya sambil terkikik geli.

Sesampainya di kelas, Budi terkejut. Ia lihat uangnya sudah tersobek menjadi potongan kecil. Disitu ada Fandi,
"Bud! Parah nih si Eko ama si Niko. Gua liat mereka nyobekin duit lu terus diumpetin di kolong meja", Budi pun mempercayai omongan Fandi. Eko dan Niko mengakui perbuatannya, namun soal siapa yang merobek uang Budi mereka tidak tahu, "Udah ya? Gua mau ke kantin. Laper Gua", Fandi pergi.....
Sambil tersenyum dengan licik...
"BANGSAT LU BERDUA!! LU TAU SENDIRI KALO GUA BALIK NAIK ANGKOT!!", bentak Budi,
"Sumpah, Bud. Kita mah kagak nyobekin duit lu", kata Eko,
"Iye Bud, percaya dah sama kita. Seiseng-isengnya kita gak bakalan separah itu", lalu Ari dan Andre datang ke kelas, menghampiri ketiga sahabatnya yang sedang bertengkar,
"Eh ada apaan nih?", tanya Ari
"Kampret nih Ri! Si Eko sama si Niko! Udah ngumpetin duit Gua, disobekin pula, liat NIH!", Budi menunjukkan sobekan uangnya kepada Ari,
"Wah parah lu!", kata Andre sambil menggelengkan kepalanya, "Coba Gua ikut pasti udah Gua buang di tong sampah, heheh...",
"Udah-udah!... Sekarang gini aja dah...", Ari memberi Budi sebagian makannya, "Buat lu Bud", Budi tertegun. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat,
"Se-se-serius nih Ri?", tanya Budi,
"Lu mau kagak?", Budi langsung menyambar makanan itu,
"Makasih, Ri!", dia memakannya dengan lahap,
"Dih, soal makan mah gercep", sindir Eko,
"Udah! Jangan gitu kalian! Malu-maluin tau gak! Kita kan bentar lagi UN, otomatis bentar lagi juga kita bakalan pisah. Tolong dong, kasih kenangan yang baik buat temen-temen kita. Gua gak mau kalo suatu saat ada reuni nanti pada gak mau ketemu satu sama lain gara-gara masalah di masa lalu", kata-kata Ari membuat hati teman-temannya tersentuh. Mereka menyadari kesalahannya sendiri, "Nah sekarang, Gua mau lu bertiga baikan sekarang juga", dan dengan perintah Ari, Eko, Budi dan Niko saling bermaafan,
"Sorry, Bud. Gua udah kelewatan sama lu", kata Niko,
"Gua juga, Bud. Kalo aja si Eko kagak ngajakin Gua, pasti kagak bakalan gini",
"Lah, bukannya lu yang ngajakin Gua, HAH?", kata Eko,
"Bohong nih, Bud! Si Eko yang ngajakin Gua!", mereka pun saling menuduh satu sama lain. Aksi mereka mengundang gelak tawa Ari, Andre dan Budi...

Saat hari kelulusan, hanya kami berempat. Budi tidak hadir...

"Eh! Si Budi kok kagak nongol ya?", tanya Eko,
"Ho'oh. Masa dia bangun kesiangan sih?", kata Andre menyetujui,
"Terus kemana tuh bocah?", tanya Niko,
"....Abis ini kita ke rumah dia gimana?", usul Ari,
"...SETUJU!", jawab mereka serempak.

Sebagai sahabat kami berempat saja yang datang ke rumahnya. Saat kami tiba..

TOK-TOK-TOK!!
"Assalamualaikum!...",
TOK-TOK-TOK!!
"Budi!!...",
TOK-TOK-TOK!!
"Bud, bangun Bud!! Dah siang nih!!",
TOK-TOK-TOK!!
"Nyari siapa, Den?", keempat remaja itu terkejut dengan suara yang berasal dari belakang mereka. Rupanya itu adalah tetangga Budi,
"Eh, Pak. Maaf mengganggu, mau tanya kalo Budi kemana ya? Hari ini kan acara wisudanya Dia", jelas Ari,
"Oalah kalian pada tau toh?", anak-anak itu menggeleng...








































"Dia kecelakaan...",





























































End
















































Belum lah coy, orang masih part 1 juga😋...







Kami mendapat kabar kalau Budi mengalami kecelakaan sewaktu di perjalanan menuju acara kelulusan. Dengan sigap kami bergegas menuju RS. 

Sesampainya di RS ...

"Misi, Bu?", tanya Ari,
"Ya, ada yang bisa saya bantu?", kata resepsionis RS,
"Emm... Mau tanya tadi ada anak seumuran kita yang jadi korban kecelakaan?", kata Ari,
"Atas nama siapa?", resepsionis itu bermaksud untuk menanyakan nama korban,
"Budi Januar", resepsionis itu memeriksa buku pasiennya,
"Ada di sebelah ruang IGD, dari sini belok kanan sampai keluar sana, terus belok kiri, nanti di pertigaan pertama belok kanan ada ruangan IGD, di sebelahnya", tutur resepsionis itu,
"Oke, makasih ya, Bu?",
"Ya sama-sama", keempat anak itu bergegas menuju ruangan dimana Budi dirawat.

Sesampainya disana, Kami lihat orang tua Budi. Kami menanyakan soal keadaannya, rupanya sangat buruk. Tangannya patah, memar di sekitar rusuk dan yang paling parah, Budi tidak bisa berjalan lagi. Pasalnya, ia mengalami kelumpuhan. Awalnya ia menaiki angkot yang melaju dengan kencang. Karena melanggar lalu lintas, mobil itu tertabrak oleh truk dan mengakibatkan hampir seluruh orang di dalamnya meninggal. Beruntung, Budi selamat dari kejadian.

Seiring waktu, keadaan Budi mulai terpuruk. Sebagai sahabat, kami berempat tidak henti-hentinya menyemangati Budi. Tapi hasilnya nihil. Dia hanya menghabiskan hari-harinya menatap keluar jendela kamarnya. Bahkan orang tua dan keluarganya pun sudah melakukan hal yang sama dengan Kami. Disitu Kami mulai mengkhawatirkan keadaannya....






















To be continued...





0 komentar:

Posting Komentar