12.12.18
Home »
Angker
,
Genderuwo
,
Hantu
,
Horor
,
Misteri
,
Season 1
,
Story
» S01E11 : Tersembunyi dibalik Hutan Part 2[END]
S01E11 : Tersembunyi dibalik Hutan Part 2[END]
Ada apa dibalik kebun keluarga tokoh utama?
Apa yang keluarganya sembunyikan??
Oke, ini saatnya. Tapi, baru saja aku berdiri dari kursi, hewan ternak ku mulai bersuara. Dari suaranya, sepertinya mereka mencoba untuk memperingatiku agar tidak masuk ke dalam kebun. Tapi kupikir, itu tidak mungkin. Langsung saja ku langkahkan kakiku menuju kebun. Suara jangkrik yang saling bersahutan menemani perjalananku. Semakin dalam ku susuri, semakin gelap keadaannya. Celakanya, tidak satupun sumber cahaya yang kubawa. Baterai handphoneku habis, senter pun tak bawa. Belum lagi udara malam yang semakin dingin membuat bulu kuduk berdiri. Untungnya, sinar rembulan sangat terang sekali malam itu. Jadi aku masih bisa melihat jalan. Akhirnya, aku sampai di jalan masuk menuju sungai itu. Yang sudah kutandai dengan pohon besar yang letaknya tepat di tengah jalan masuk. Aku jalan perlahan, hingga kudengar suara aliran air. Tapi, samar-samar kudengar suara.......
Wanita bernyanyi. Tunggu dulu...apa aku salah dengar? Rupanya semakin dekat dengan sungai, semakin jelas suara itu. Saat kulihat.....ada seorang wanita yang tengah bersenandung di pinggir sungai. Sepertinya aku mengenal wujud wanita itu........"Ningsih?"
Dia membalikkan badannya setelah kupanggil. "Bayu?", Demi Tuhan aku tidak percaya. Aku tidak percaya dengan yang kulihat. Aku menutup mataku dan berharap semua ini hanya mimpi. Saat kubuka mataku, DAR!! Dia mengagetkanku dan tertawa geli. "Nggak lucu, Ning!", dia malah senang pikirku. "Ya maaf. Hihihi. Kamu pulang, Bay?", tanyanya. Aku hanya bisa diam terpaku. Aku masih belum percaya. Bagaimana bisa dia ada disini? "Ih..jawab dong!", dia marah karena aku hanya diam saja, "Ah..emm....i-iya. Hehe, m-maaf Ning, aku baru bil...", belum selesai aku bicara dia sudah menarik tanganku dan membawaku ke pinggir sungai. Tangannya.... dingin sekali. Ah, kupikir dia kedinginan. Tapi....apa ini hanya perasaanku atau dia terlihat lebih cantik dari biasanya.
Kami duduk di pinggir sungai sambil mengobrol dan melepas rindu. Setiap saat kupandangi dia, aku rasa....."Bay!", Sial, dia mengagetkanku lagi, "Kenapa sih kamu? Aku liatin kamu bengong aja? Ntar kesambet tau rasa loh!", dia benar, "Oh...emm...ma-maaf, Ning. K-ka-kalo....aku perhatiin kamu......kok cantikan ya?", Aku bisa lihat rona merah di pipinya, "Ih apasih kamu? Ada-ada aja", dia terkikik geli. Ditambah senyumnya yang manis dia tampak lebih cantik. "Mmm...Bay?", tanyanya, "Ya?", jawabku, "Kamu nggak akan ninggalin aku kan?", tunggu dulu, apa maksudnya ini?, "M-maksudnya?", "Maksud aku, kamu mau jadi temen hidup aku? Sekalipun ajal menjemput?", aku makin bingung, "Bu-bukannya kita ini temenan, Ning?", dia jawab, "Iya sih. Tapi.....", kedua mata kami saling bertemu, "Aku mau lebih dari itu", sumpah, aku tidak mengerti maksudnya, "Aku nggak ngerti, N-N-Ning...", wajahnya semakin dekat... semakin dekat....
"N-N-Ning?", Ningsih perlahan menjauh dengan raut wajah takut. Dia seperti melihat sesuatu yang mengerikan di belakangku. Kucoba untuk menenangkannya sambil mendekatinya. Tapi ia berjalan mundur.....dan terjatuh ke sungai. "NINGSIH!!", kulihat dia terseret arus sungai sambil meminta tolong. "BAY!!.... TOLONG!!", Aku sudah mencoba sebisaku untuk menolongnya. Ini aneh, rasanya aku seperti berlari mengejarnya. Tapi aku malah berlari di tempat. Seperti ada sesuatu yang menahan tubuhku. Tiba-tiba saja....tubuhku terangkat ke udara....dan rupanya.....
Ada sosok hitam besar yang menangkapku. Matanya yang besar dan gigi taringnya yang tajam terlihat jelas di wajahnya. Ya Tuhan, maafkan aku. Seharusnya aku dengarkan perkataan orang tuaku. Dia membuka mulutnya lebar-lebar dan bersiap untuk melahap ku. Aku masih bisa mendengar Ningsih meminta tolong. Dan setelah itu, aku tidak ingat apapun.
Perlahan-lahan kubuka mataku. Dari wujudnya tampak seperti orang tuaku. Dan ternyata itu benar. Aku terbangun di pinggir sungai tepat di pagi hari. Disana sudah ada orang tuaku dan Pamanku. Dengan berlinang air mata, Ibuku memelukku. "Ning...sih...", ku sebut namanya lirih. "Ning...sih...", "Ningsih?", tanya Ayah dan Pamanku keheranan, "Kamu bilang Ningsih, Bay?", ku jawab, "Iya pak, mana Ningsih?", tanyaku pada Ayah. Paman bilang, "Ningsih mah udah lama meninggal", "Hah? Ka-kapan Mang?", aku terkejut dengan perkataan Paman, "Waktu kamu berangkat ke kota. Dia nggak sempet ketemu kamu pas kamu pergi. Dia sedih... banget waktu Mamang liatin. Terus malemnya, waktu Mamang mau ngambil jaring, Mamang liat dia lagi ngelamun disini", kata Paman sambil menunjuk daerah pinggiran sungai. "Nah, pas Mamang deketin, tau-tau dia nengok belakang, teriak, jatoh ke sungai. Waktu Mamang mau nolongin, ada sosok gede item nyegat Mamang. Udah gitu tau-tau Mamang udah di rumah dalem kamar". Aku hanya bisa diam termenung setelah mendengar cerita Paman....
Ya Tuhan, seandainya saja aku bisa kembali ke waktu itu, aku ingin melihat Ningsih sekali lagi...
Hope you guys enjoy the story...
Don't forget to share it to your friends 😃
- Author








0 komentar:
Posting Komentar