4.6.19

S03E04 : Buas Part 4

Selamat datang di pulau Buaya...
Akankah misteri terungkap di pulau ini???


"Jadi ini yang namanya pulau Buaya?", tanya Firman,
"... Kayanya sih gitu...", balas Maria.

Kini, Firman bersama tim sampai di pulau Buaya. Jika dilihat dari langit, bentuk pulau ini menyerupai bentuk tengkorak Buaya. Hanya Kuasa Tuhan yang mampu membentuknya menjadi bentuk yang mengerikan itu. Firman dan Maria baru saja memasuki kedalaman pulau ketika anggota timnya yang lain telah menghilang dari pandangan mereka. Semua itu adalah ajakan Leto yang mengajak anak-anak Karang Taruna untuk masuk duluan. Kini, mereka terpisah.

"Kemana nih, Man? Yang lain udah masuk duluan. Kita gak tau mereka pergi kemana", Maria mulai cemas, namun,
"Tenang....Aku yakin... nggak nyampe beberapa menit mereka bakalan ketemu..."



































Beberapa jam kemudian...


"Brengsek!! Pada kemana perginya mereka?", setelah mencari sampai ke dalam, Firman dan Maria belum menemukan anak-anak Karang Taruna,
"Hhhh....Kan udah Aku bilang...Kamu sih sok-sok'an bilang begitu segala", Firman seperti menjilat ludah sendiri. Dia menganggap remeh situasi saat ini,
"Ya udah.....kalo gitu caranya....", Firman mengeluarkan pistolnya dan menembakkan peluru ke atas,
"Ehhh...Man? Emang Kamu yakin cara itu bakalan mempan?", tanya Maria ragu,
"Coba aja dulu. Siapa tau ada yang dateng", Firman berjalan meninggalkan Maria. Tapi,
"Tapi....kalo yang datang suku pedalaman atau binatang buas gimana?", Firman terhenti dengan ucapan Maria. Bulu kuduknya spontan berdiri. Ia berbalik badan dan menghadap Maria dengan tatapan parno,
"Eh iya ya? Kok bisa gak kepikiran gitu ya?",
"...Man, Aku akui Kamu polisi yang keren dan ganteng. Tapi....otak Kamu cuma secuil...", Maria berlalu meninggalkan Firman,
"Mar, tungguuuuu!!!!", pencarian berlanjut.

Tak terasa, hari semakin gelap. Kedua Polisi itu masih belum mengetahui keberadaan anggota timnya. Lelah, haus dan lapar, itulah yang mereka rasakan.

"Man, mau nyari kemana lagi? Mana ini pulau isinya hutan semua lagi?", keluh Maria,
"Hah..Hah.....kayanya.....kita harus.....", tiba-tiba, "Apaan nih, Mar?", setelah berjam-jam mencari, mereka akhirnya menemukan jejak yang sangat penting,
"Waduh...jangan-jangan....", Firman dan Maria bergegas mengikuti jejak itu. Jejak itu adalah gabungan dari jejak kaki manusia dan juga.... seekor buaya. Semakin jauh mereka memasuki kedalaman pulau, mereka mencium aroma terbakar. Tepatnya, seperti seseorang yang sedang membakar daging hewan.
"Kamu nyium baunya, Mar?", tanya Firman sambil lari,
"Iya. Baunya...makin deket...", dan ternyata, "Ada api, Man!!", Firman berlari melewati Maria. Dia menerobos semak-semak di depannya.....







































"Naaaahhhh......akhirnya nyampe juga......", ternyata Firman disambut oleh anak-anak Karang Taruna yang sedang asyik membakar daging buaya. Nampaknya Firman baru saja sampai di perkemahan anak-anak Karang Taruna. Firman terbujur kaku saat ia menemukan anggota timnya. Tak lama kemudian,
"Man!!......Man Kamu nemu...."
"Naaaahhhh......akhirnya nyampe juga......", kini Maria bersikap sama dengan rekannya. Kedua Polisi itu saling bertatapan mata sembari mematung.

Satu situasi yang canggung kemudian...

"Kamu lama amat, Man. Darimana aja sih?", tanya Rendra,
"Oh..ehh...anu........kita...nyari-nyari...ummm....", Firman melirik kearah daging buaya yang terpanggang, "Kita nyari sarang buaya", omongan Firman mengalihkan perhatian yang lain,
"Beneran?!", tanya anak-anak Karang Taruna bersamaan,
"....Ya! Ya Aku nemu kok..."

JEBBB!!
Leto menancapkan pisau berburunya di atas daging buaya. Dia bilang,
"Kalo gitu....tunggu apa lagi? Kita datangin aja langsung sarangnya?", ucapan Leto diamini oleh anak-anak Karang Taruna lainnya. Firman mulai merasa tidak enak karena sudah membohongi anak buahnya. Dia seharusnya tidak mengatakan itu, kemudian Dia bilang,
"Nggak! Mendingan.........kita pergi besok pagi aja. Bahaya kalo kita pergi sekarang. Apalagi...di pulau ini kemungkinan buayanya masih banyak. Aku....nggak akan ngebiarin timku kehilangan nyawanya lagi!", semua anak-anak Karang Taruna terdiam, bahkan Leto sekalipun. Biasanya Dia yang selalu menentang, namun kini Dia terdiam,
"Ya juga sih, Aku pikir....bahaya juga. Sebelumnya kita juga dikejer-kejer buaya sebelum Kamu sama Maria kesini, Man....", tutur Leto, "Tapi............berkatku, makhluk buas itu bisa Aku atasi dengan mudah!", Dia berkata begitu dengan penuh gaya bak Kamen Rider. Semua orang merasa cringe dengan Leto, "Apa? Aku salah ya?", dan mereka mulai tertawa. Memecah keheningan malam dan situasi canggung yang terjadi. Leto pun terkekeh bersamaan dengan tawa teman-temannya.

Pendek kata, yang lain sudah tertidur, menyisakan Firman, Rendra dan Don yang masih terjaga. Untuk mengusir kebosanan, mereka bertiga mengobrol satu sama lain.

"....Man? Ren?", panggil Don,
"Kenapa, Don?", balas Firman,
"...Hhhhh..... sebetulnya...Aku.....", Don melirik kearah teman-temannya yang tengah tidur, "...Aku nggak yakin kalo kita semua bakalan selamet. Dari pertama Apri dimakan sama buaya, Aku ngerasa........Hahhhh...", Firman menepuk pundak Don,
"Jangan khawatir...Aku janji Aku bakalan jamin kalo kalian semua bakal selamat. Kehilangan Apri....jadi pelajaran buat Aku, kalo Aku harus lebih cepet lagi begitu timku ada yang kesusahan", Firman menyemangati Don yang patah semangat. Dia tidak ingin kehilangan anggota timnya lagi. Namun, jauh di lubuk hati terdalamnya ia sendiri tidak yakin kalau Dia bisa menjamin keselamatan anggota timnya,
"Kamu jangan mikir gitu, Don! Kita itu harus optimis! Lagian....kita kesini kan.... tujuannya buat ngebantu warga kampung, biar nggak ada kasus kematian akibat serangan buaya lagi. Lumayan... itung-itung ibadah....", kata Rendra menimpali. Don mengangguk, ia bilang,
"Ya...Aku percaya sama kalian. Makasih udah nyemangatin Aku...",
"Sama-sama. Pokonya...kita saling jaga diri satu sama lain", kata Firman.













































Di suatu tempat...

"Hmmm.......Hahhhh.......ada 2 piaraan ku yang udah mati.....kalo gitu......Aku harus pake cara selanjutnya.....", ucap seseorang dengan penuh dendam dan amarah....

Di pagi hari, Firman bersama timnya sudah bersiap-siap untuk pergi menuju sarang buaya.
"Semuanya udah siap?", Firman memastikan apakah anggota timnya sudah siap atau belum. Mereka menjawab dengan anggukan kepala dan juga tekad yang bulat, "Kalo gitu....ayo kita pergi!", perjalanan dimulai...

To be continue...



























Hey! Lama gak posting...
Sorry ya, akhir-akhir ini Author harus ngurusin kerjaan belakangan ini. Oh ya, berhubung ane posting di malem takbiran, ada beberapa patah kata yang mau ane sampein.

"Segala sesuatu itu, ada awalnya dan ada akhirnya. Seperti halnya bulan Ramadhan yang akan segera berakhir. Namun, cukuplah satu hal saja yang tidak boleh berakhir, 'silaturahmi'. Aku harap silaturahmi antara kita tetap terjalin bahkan hingga di alam kubur nanti. Aku tidak ingin silaturahmi kita terputus karena adanya perselisihan antara kita. Maka dari itu, Aku harap kalian mau memaafkan segala kekurangan dan kesalahanku. Memang, meminta maaf itu tidak hanya sebatas menjelang Idul Fitri saja, tapi, karena saat ini adalah saat dimana kita akan menyambut Idul Fitri, izinkan Aku untuk meminta maaf kepada kalian.

Taqabalallahu Minna Wa Minkum
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H
Semoga amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Tuhan YME. Dan semua dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya.
-Author"

0 komentar:

Posting Komentar