Sang Surya telah bersinar terang. Menandakan hari baru telah tiba. Dengan penuh harapan dan semangat, tim Firman menyusuri hutan di dalam pulau Buaya. Tujuan mereka tidak lain tidak bukan adalah mencari sarang Buaya yang menjadi sumber teror di kampung.
Leto berjalan paling depan memandu rekannya ke jalan yang benar. Sementara Firman dan Maria berjalan di paling belakang.
"Psst! Man!", Maria memanggil Firman sambil berbisik,
"Apa?", balas Firman,
"Kamu yakin sarangnya ada di tengah-tengah pulau?",
"Ya. Aku yakin! Abisnya ya...sesuai nama pulaunya aja. Biasanya kalo ada suatu tempat yang namanya berasal dari nama benda atau hewan atau tumbuhan, biasanya di tengah-tengah tempat itu letak benda, hewan atau tumbuhan yang jadi asal-usul nama tempat itu. Paham gak?", Maria menggeleng cepat, "Hadeuhhh...", keluh Firman,
"Abis...Kamu jelasinnya rumit kayak gitu...",
"Cih! Kamu aja yang telmi",
"Hah?! Telmi?! Enak aja Kamu! Kamu aja yang gak bisa ngejelasin!",
"Kamu yang telmi!",
"Kamu yang gak jel....", perdebatan antara kedua anggota kepolisian itu disaksikan oleh anak-anak Karang Taruna. Mereka menatap dengan mimik wajah keheranan. Sekarang, situasi yang canggung terjadi.
Tak terasa, perjalanan menuju sarang Buaya sudah berjalan sangat lama. Kini, mereka tengah menyantap makan siang sembari beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah itu, perjalanan berlanjut...
Bahkan sampai sang Surya tenggelam...
Tentunya dengan tangan kosong...
Karena sudah malam, jadi mereka putuskan untuk membuat tempat perkemahan. Soal makan.....
"Wah! Kayanya...ada untungnya kita ada di pulau ini. Tiap hari, makan daging Buaya terus. Mana dagingnya enak lagi?", kira-kira itulah yang bisa Author artikan dari ucapan Wayan yang mulutnya sedang dipenuhi oleh daging santapannya,
"Setuju! Rasanya.....kita gak mau pulang. Mendingan tiap hari makan daging Buaya daripada makan masakan warteg yang gak enak itu, hehehe...", canda Yama,
"Hehe...tampilan doang bagus. Tempat makannya aja yang nyaman. Tapi soal rasa...hoekkk...", kata Fendi menambahkan,
"Jangan gitu...gak baik...mereka juga kan usaha?", bantah Gina,
"Mendingan mereka daripada kalian, Karang Taruna nyinyir doang kerjaannya kayak Ibu-ibu baru bisa maen sosmed aja", semuanya menertawakan omongan Tata,
"Kamu kalo ngomong suka bener, Ta", kata Ema,
"Ya iyalah... perempuan kan makhluk paling benar di muka bumi", dengan Pe-De Tata menjawab demikian.
Saat anak-anak Karang Taruna itu tengah asyik mengobrol, ada obrolan lain yang dibicarakan oleh Firman dan Maria,
"Man? Aku ada perasaan gak enak nih",
"Lho? Emang ada apa?",
"Ehhhh....gak tau sih...tapi pokonya, Aku ngerasa gak enak malem ini...", kata-kata Maria terngiang di kepala Firman. Dia melihat semua anggota timnya tengah bersenda gurau,
"Kalo gitu... harus ada yang jaga malam ini!", Maria mengangguk. Dia bertanya,
"Tapi... yang mau ikut jaga siapa ya kira-kira?", disini Firman mulai memutar otaknya,
"Disini cuma si Leto yang bisa diandalkan, cuman Dia kebanyakan gaya...", Firman mulai melirik kearah Rendra, "Rendra......menurutku masih kikuk orangnya...", Firman lanjut melirik kearah para perempuan, "Nggak...gak mungkin Aku minta mereka...yaa.... walaupun si Tata kelihatannya sih strong...tapi gak mungkin. Aku nggak akan nyuruh perempuan buat ikut...", terakhir Firman melirik kearah Don, Wayan, Yama dan Fendi, "Kalo Aku ajak si Don, kayanya bahaya juga. Takutnya Dia diincer sama musuh. Si Wayan.....Aku ragu. Tampangnya kayak orang penakut. Kalo Si Fendi... banyak omong orangnya. Dari awal Dia yang gak berhenti ngoceh. Hmmm.... mungkin si Yama bisa diajak nih...",
"Kayanya si Yama boleh deh, Mar", Maria seperti tersentak, "Eh, Kamu kenapa Mar?",
"Eh, ng..nggak..... nggak apa-apa...", nampaknya ada yang sedang jatuh hati saat ini,
"Hmmm? Ada yang lagi kasmaran nih?", Firman menggoda Maria,
"Apa sih? Nggak kok!", Firman tertawa terbahak-bahak.
Malam mulai semakin larut. Kini semuanya sudah tertidur, kecuali Firman, Yama dan Maria. Saatnya bagi mereka untuk berjaga malam. Firman tengah sibuk dengan bagiannya, sementara Maria berada di bagian yang berlawanan bersama Yama. Sesekali, Maria curi-curi pandang ke arah Yama. Saat Yama berbalik arah, Maria pura-pura mengalihkan pandangannya. Dan itu terjadi berulang kali.
Di sisi lain dimana Firman sedang melakukan tugasnya...
"Hah?", sekilas Dia menangkap butiran cahaya di depan matanya. Cahaya itu seperti berkedip kepadanya. Dengan sigap ia menyoroti asal cahaya itu dengan senter sambil mengacungkan senjata. Dari sisi buta, ada suara semak bergoyang, tanda adanya pergerakan di dalamnya. Firman mulai was-was. Namun ia lawan rasa itu. Dia dekati semak itu perlahan-lahan...
SREKKK!!
Saat Firman melihat semak itu, tidak ada apa-apa dibaliknya. Tapi, ada sesuatu yang tidak asing di tanah,
"....Kayak....jejak kaki buaya...", nampaknya ada seekor Buaya yang baru saja melintas,
"Mar! Yam!", Firman memanggil Maria dan Yama, "Kayanya kita udah kedatangan tamu!", mereka bertiga mulai bersiaga.
Senter mulai disorot ke segala arah, senjata mulai dipersiapkan, tinggal menunggu serangan yang bisa datang kapan saja. Firman berjalan mundur dan mulai mendekat. Disusul oleh Maria dan Yama. Sekarang, ketiga anak muda itu sudah berdiri di tengah teman-teman mereka yang sedang tidur.
"Mana Man? Belum ada pergerakan?", tanya Yama,
"Gak tau. Tadi cuma ada yang kedap-kedip aja", balas Firman,
"Pokonya...tetep fokus! Jangan sampe le...",
BREKKK!!
"Ngghhhh......Ehhhh......Mar?...Yam?....", tiba-tiba ada sesuatu yang menyengat leher Firman. Sengatan itu membuatnya tak sadarkan diri. Saat ia sadar...
Firman hanya seorang diri...
Tempat perkemahan sudah berantakan...
Dan terdapat...
Jejak dari beberapa ekor Buaya...






0 komentar:
Posting Komentar