11.7.19

S03E06 : Buas Part 6

"Waduh gawat!! Pada kemana nih?! Mana ada banyak jejak Buaya sama darah nih? Haduhhh.....", Firman nampak sangat panik. Ini adalah bencana baginya. Karena seluruh anggota timnya 'dimangsa' oleh Buaya. Namun, ada yang aneh...


Season 3 of Horror Night



Episode Sebelumnya

Firman berlari menyusuri pedalaman hutan. Dengan mengikuti jejak Buaya, ia berharap tidak ada hal buruk yang terjadi pada anggota timnya. Dia berlari terus, melawan rasa kantuk dan kegelapan yang menyelimuti hutan. Setelah cukup jauh...

"Hah-Hah-Hah! Kemana nih?...Jalannya bercabang gini?", Firman berada di sebuah persimpangan dengan jejak Buaya di setiap jalannya. Artinya, para Buaya itu menyeret anggota tim Firman lewat seluruh jalan yang ada. Firman sudah mencapai batas kemampuannya, ia merebahkan tubuhnya di tanah. Dengan nafas tersengal-sengal Dia menatap ke langit. Dan perlahan, ia mulai memejamkan mata dan kembali tertidur.
























































"Man!....Man!...Firman!!......MAN!!!",
"Nggghhh......Errrhhh......Emmmmmm......Ehhhh....",
"MAN!!",
"Mar?.....Aku.....nggak lagi mimpi kan?"

PLAKK!!!
"Awwww!!! Kenapa ditampar?!",
"Biar ngebuktiin kalo Kamu nggak lagi mimpi", Firman sadar. Ternyata, Maria dan anak-anak Karang Taruna selamat.....

Kecuali...
"Yama...Wayan....Gina sama Leto mana?", tanya Firman. Maria menjawab dengan gelengan kepala, sementara yang lainnya tertunduk lesu. Dengan tekad yang mulai tersulut Dia bangkit dan mulai menyusun rencana, "Oke, kita gak punya banyak waktu. Berhubung kita lagi ada di persimpangan, kita mesti berpencar. Kita bagi tim, tim pertama...Fendi sama Ema ke kiri...tim kedua, Tata sama Don ke tengah, sisanya ikut Saya ke kanan, paham?", semuanya mengangguk paham, "Oh ya, kalo ada apa-apa kita tetep saling komunikasi...", Firman membagikan walkie talkie kepada Fendi dan Don, "Usahain buat jangan sampe putus kontak!",
"Oke!/Ya Man!", jawab Fendi dan Don bersamaan. Tanpa disuruh anak-anak Karang Taruna sudah jalan duluan. Tapi,
"EH TUNGGU!!!", mereka berbalik badan,
"Apa lagi?", tanya Don,
"Aku lupa belum ngasih tau......", ternyata, "Kalian kemana semalem? Kok bisa pada selamet?"

PLAKK!!!
"KENAPA AKU DITAMPAR LAGI SIH MAR?!",
"BISA GAK SIH PERTANYAANNYA YANG BERBOBOT SEDIKIT?! KAMU KELIATAN BODONYA TAU!!!", dan perdebatan tidak penting antara kedua Polisi itu dimulai...








































Di pedalaman hutan...
"Ma?", tanya Fendi pada Ema,
"Ya?", jawab Ema,
".........Ada yang.....mau Aku tanyain...",
"Waduh....jangan-jangan......Fendi sama Aku nih.....Waaaaahhhh.....mana Dia ini ganteng lagi....kayanya Dia bakal bilang...."Ema, Aku suka sama Kamu...mau gak Kamu jadi pacar Aku?"....AAAAAAAAAAA....", pikir Ema dalam hati. Ternyata,
".....Kita berhenti dulu ya? Aku mau buang air dulu bentar!!!", Fendi pergi kearah berlawanan, meninggalkan Ema yang perasaannya tak menentu. Dia berdiri membeku tak bergerak seinci pun...
"Ya Tuhan......maafkan hambamu ini yang terlalu banyak berharap kepada selain-Mu.....hiks...", batin Ema berkata demikian.

Fendi terus berlari mencari tempat yang pas untuk buang air. Dia terobos semua semak dan dahan pohon yang melintang menghalangi jalannya. Karenanya, penglihatannya semakin lama semakin terhalangi....


























































"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!",
"Fendi?", Ema mendengar suara teriakan Fendi. Dia segera berlari kearah Fendi berlari tadi, "Fendi!...FENDI!!!.....FEN KAMU DIMANA??!!!....FENDIIIIIIIII!!!!!!!!!!"

Di tempat lain...
Tata dan Don berada di jalan setapak yang menanjak. Mereka saling bahu membahu untuk bisa naik ke atas dan sampai di puncak. Setelah melalui perjuangan yang cukup melelahkan, mereka berdua pun tiba di atas. Perjalanan berlanjut...

"Eh, Don! Hati-hati jalannya lho!", Tata tidak suka dengan Don yang berjalan seenaknya,
"Yaaa....kenapa emang?", tanyanya enteng,
"Ihhh....kalo ada apa-apa bisa bahaya tau! Gimana kalo ada jebakan di dalem sini?", bentak Tata. Namun, Don dengan santai menjawab,
"Ah, mana mungkin ada jebakan di hutan....lagian....itu kan cuma kerjaan orang iseng..."

SYUTTT!!!
JLEBBBB!!!

Tak sengaja kaki Don tersandung tali yang membentang di depan kakinya. Sebuah anak panah kecil melesat entah darimana dan nyaris mengenai kepala Don. Untung saja Don tersandung hingga terjatuh, jika tidak, panah itu akan menancap tepat di kepalanya. Don meringis kesakitan setelah terjatuh.
"Kata Aku juga apa! Makanya hati-hati kalo jalan!!", Tata mengulurkan tangannya. Don, menerima uluran tangan itu dan bangkit dari tanah,
"Hmph....iya...", kini Don berjalan lebih hati-hati.

Sepanjang perjalanan Don dan Tata, banyak sekali jebakan yang tak sengaja diaktifkan. Atmosfir tegang menghantui perjalanan mereka. Selain itu, banyak sekali pemicu jebakan yang tidak disangka-sangka letak dan cara kerjanya.
"Hah.....Hah.....Gila.....banyak banget jebakannya?...", kata Tata,
"Ya....Hah....siapa sih yang naro jebakan sebanyak ini?...Hah...Hah...", tanya Don,
"Nggak tau......tapi yang jelas......siapapun Dia...Dia gak suka sama kehadiran kita....", balas Tata,
"Ya juga sih......tapi siapa? Orang asli sini? Emang ada? Selama kita disini, kita belum pernah liat orang asli pulau ini...", kata Don,
"Gak tau ah! Kita jalan la.....", tiba-tiba,
"TA AWAS!!!!", sekali lagi Tata tak sengaja mengaktifkan jebakan tersembunyi lain. Dengan sigap Don menangkap tubuh Tata dari belakang.

BRUKKK!!!
"Sekarang...siapa yang mestinya hati-hati, hah?", ejek Don,
"Hmph! Makasih!.......Awwww....", Tata meringis kesakitan saat ia mencoba untuk berdiri.....
"Ya ampun......Ta?"


























































Sebuah duri sepanjang 7 cm menusuk kaki Tata...

Di tempat lain...
Rendra nampaknya frustasi melihat rekan setimnya. Siapa lagi kalau bukan Maria dan Firman? Dari awal mereka memulai perjalanan, kedua Polisi itu tidak henti-hentinya berdebat. Firman dengan kebodohannya dan Maria dengan sifatnya yang terlalu serius. Sekarang, mereka berdua saling memalingkan wajah kearah berlawanan.

"Arrrggghhhh......Woi! Mau sampai kapan kalian diem-dieman kayak gi...",
"DIEMMM!!!", bukannya mendapat solusi, Rendra malah dimarahi oleh kedua Polisi muda itu. Terpaksa Rendra harus mengisi ulang level kesabarannya.

Jika dibandingkan dengan tim lain, tim Firman adalah tim yang paling aman. Ya, sejauh ini mereka belum pernah mengalami kendala seperti jebakan, serangan Buaya dan yang lainnya. Bahkan jalan yang mereka tempuh hanyalah jalur lurus yang sangat panjang. Setelah cukup lama saling diam, Firman buka suara,
"Eh, yang lain apa kabar ya? Mereka belum ngasih kabar lagi semenjak kita berpencar", Maria menyahut,
"Ah, kita baru jalan bentaran juga...masa udah dicariin lagi?", dan adu mulut pun bermula. Rendra semakin frustasi dan tidak kuasa menahan emosi,
"WOIIII!!!! KALIAN BERDUA BISA BERHENTI NGGAAAAAAKKKKK!!!!!!", teriakan Rendra membuat hewan-hewan lain yang ada di pulau berlari meninggalkan pulau, "MAU SAMPE KAPAN KALIAN BEGINI TERUS, HUH?! KALIAN POLISI BUKANNYA NYARI SOLUSI BUAT NGATASIN TEROR MALAH RIBUT SENDIRI KAYAK ANAK KECIL!! POLISI MACAM APA KALIAN HAHHHHH!!!!!!", Firman dan Maria jadi malu sendiri. Mereka mengabaikan profesionalitas mereka dalam bertugas dan bertindak seperti anak-anak yang berebut mainan,
"....Hhhhh.....Rendra ada benernya.....kita lupa sama profesi kita sebagai petugas penegak hukum...", ucap Firman lesu,
"Iya......harusnya Aku lebih bijak lagi dalam bersikap.....", Maria dan Firman berjabat tangan. Melihat itu, Rendra ikut senang,
"Nah, sekarang udah mendingan kan?", Polisi-Polisi itu mengangguk, "Sekarang, Man, coba Kamu kontak si Don sama si Fendi", titah Rendra,
"Ya.........eh bentar, kok Kamu yang suruh-suruh Aku?", masih sempat-sempatnya Firman bercanda di tengah situasi seperti ini,
"Udah cepetan!!", bentakan Maria membuat Firman langsung melakukan tugasnya tadi.




























































"FENDI!!!.....FENDI!!!!!!.......", Ema masih menyari keberadaan Fendi. Lelah, itulah yang gadis itu rasakan,
"Huwaaaa......Kamu dimana sih Fen?....Jangan bikin Aku takut gini dong? Huuuuu......", ucap Ema dalam hati.
Tiba-tiba....

KREKKK!!
"Fen?...Fendi monitor?...Fen?",
"Itu kan......", Ema bergegas mencari sumber suara walkie talkie itu. Dan ternyata, walkie talkie milik Fendi berada tidak jauh dari tempat dimana Ema berdiri
"Fen?...Fendi monitor?...Fen?",
"Halo?",
"Halo? Ema?",
"Firman?...Man kamu dimana?",
"Kamu dimana? Kita kesana ya?",
"Pokonya Kamu sama yang lain cepetan kesini!", Firman kebingungan,
"Kenapa emangnya?",
"Fendi hilang!", Firman, Rendra dan Maria kaget bukan main,
"Hilang?!",
"YA! POKONYA KALIAN CEPETAN KESINI!!", suara Ema terdengar seperti sedang menahan tangis,
"Coba gambarin posisi Kamu sekarang", tim Firman langsung berlari dari tempat mereka saat ini. Dengan penuh detail, Ema mendeskripsikan lokasi tempat ia berdiri saat ini, "OK! Kita kesana!",
"Waduh gawat nih?! Kalo Fendi kenapa-kenapa bahaya nih?", Rendra mulai panik. Tak lama kemudian,
"Man masuk Man?....Firman monitor?", terdengar seperti suara Don yang berbicara,
"Masuk!",
"Man! Gawat nih!", ternyata itu suara Don. Dia melaporkan bahaya yang menimpanya,
"Kenapa Don?",
"Ini Tata.....",
"Tata kenapa Don?...Tata kenapa?",
"Dia kena jebakan! Kakinya terluka! Aku butuh bantuan!", langkah Firman terhenti, begitu juga dengan Maria dan Rendra. Sekarang, mereka semua kebingungan. Mereka harus berpikir dan bertindak cepat. Tidak satupun masalah yang tidak urgent, baik Tata dan Ema harus ditolong,
"Sekarang kita mesti gimana? Kita gak mungkin kan ngebiarin salah satu dari mereka gak ketolong? Fendi, Tata, mereka berdua harus ditolong!", kata Rendra,
"Tapi gimana, Ren? Kalo kita nolongin mereka satu-satu kayanya susah juga", ucap Firman. Lalu, Maria memberi ide,
"..........Kita berpencar...",
"Berpencar? Kamu gak salah, Mar?", tanya Rendra,
"Kita harus selametin Tata sama Fendi kan? Kalo kita nolongin satu-satu kan gak mungkin? Jadi, kenapa kita nggak berpencar aja?", tutur Maria,
"Tapi kita gak tau mereka dimana? Kalo ujung-ujungnya kita yang hilang atau kena musibah gimana?", saat Maria dan Rendra berdebat, Firman memutar otak agar solusi terbaik bisa ditemukan. Kemudian, Dia bilang,
".........Mau gak mau.....kita harus berpencar.....Ren, Kamu cari Don. Aku sama Maria cari Ema sama Fendi, paham?", Rendra dengan berat hati menerimanya. Dia siap untuk resiko apapun yang ia hadapi selanjutnya,
"OK", jawab Rendra,
"OK. Ayo berpencar!", tim Firman mulai melakukan misi penyelamatan...


0 komentar:

Posting Komentar