3.1.19

S01E28 : T(eh) untuk Teror Part 2[END]


Kutukan apa yang dimaksud dalam mimpi tokoh utama?

Sepanjang hari setelah mimpi semalam, Aku jadi kepikiran.

Maksudnya Aku terkutuk itu apa? Apa jangan-jangan, semua ini ada hubungannya sama teh itu ya? Berhubung kuliah lagi libur, Aku mau tanya-tanya soal mimpi itu ke pemilik rumahku.

Sesaat sebelum Aku pergi, Ibu lagi masak dan Bapak lagi baca koran di teras. Aku udah hampir masuk mobil...
Tau-tau, "Pak, di belakang rumah lagi ada rame apa, ya?", Bapak langsung beranjak dari kursi. Disana ada banyak sekali orang dan sebuah mobil ambulans. Bapak langsung mengajak Ibu untuk melihat apa yang terjadi. Aku hampir saja diajak Bapak, cuman Aku berdalih bahwa ada tugas kelompok. Ya... padahal nggak gitu juga sih.

Singkat cerita, Aku pergi menuju rumah si pemilik rumah. Letaknya ada di bawah perkebunan teh. Ya... nggak terlalu jauh juga sih. Aku ketok pintu rumahnya. Dan yang nongol si Ibu yang punya rumah. Si Ibu ini, kalo di perhatiin lebih muda dari si Bapaknya. Udah gitu, Aku diajak masuk sama disuguhin kue, minuman segala macem.

"Ada perlu apa, Den?", tanya si Ibu,
"Umm...gini, Bu. Sebelumnya saya minta maaf udah ngeganggu waktunya. Saya...mau nanya soal...", lidahku kelu seketika. Nyaliku mulai menciut untuk mengungkapkan kebenarannya. Dengan mengambil nafas panjang, Aku berkata, "Saya mau nanya soal sak teh yang ada di basemen", seketika si Ibu mulai ngegas,
"Kamu berani-beraninya masuk ke basemen?! Kenapa Kamu nekat masuk ke situ?!",
"M-M-Ma-Ma-Maaf, Bu. Saya khilaf. Harusnya Saya nggak coba-coba masuk ke situ", ucapku sambil ketakutan,
"Sembrono Kamu!! Kamu nggak tau apa bahaya yang ditimbulkan dari teh itu?!", Aku mulai bingung. Bagaimana bisa sejumput daun teh mampu menyebabkan sebuah marabahaya. Sepertinya ini akan menjadi cerita yang menarik,
"Umm...gimana bisa gitu, Bu?", si Ibu mulai menurunkan suara dan emosinya. Cerita pun, dimulai...

Dulu sekali, ada satu lahan di kebun teh yang di 'khususkan'. Mengapa? Konon, setiap musim panen tiba, daun-daun teh yang sudah siap panen selalu menjadi yang terbaik dari segi rasa. Para petani sering berlomba-lomba untuk mengambil setidaknya sejumput daun teh tersebut. Namun sayang, jumlah daun teh yang ada tidak sebanding dengan banyaknya petani. Dampaknya, tak jarang para petani itu sampai harus saling membunuh satu sama lain. Dan semenjak kejadian itu, daun teh yang siap panen di lahan itu disebut sebagai 'teh darah'. Puncaknya, semenjak terjadi pembunuhan sepuluh tahun yang lalu, ada salah seorang istri dari petani korban pembunuhan yang mengutuk lahan teh itu dan siapapun yang mengambilnya. Dan tidak butuh waktu lama, lahan itu selalu mengalami gagal panen. Sekitar sebulan sebelum keluargaku menempati rumah itu, si Bapak nggak sengaja menemukan beberapa daun teh di lahan 'terkutuk' yang siap panen. Si Bapak diem-diem ngambil daun teh itu dan memasukkannya ke dalam sak kecil. Terus, ia simpan di basemen supaya nggak ada lagi orang yang kena kutukan daun teh itu.

Aku tertegun mendengar cerita si Ibu. Untuk sejumput daun teh saja sampai harus nyawa taruhannya. Si Ibu lanjut ngomong,
"Kamu tau Pak Norman yang meninggal hari ini?", Aku menggeleng dan bertanya,
"Pak Norman yang mana ya, Bu?",
"Dia tinggal di belakang rumahmu", Oke, Aku berpikir kalau Pak Norman itu meninggal karena kutukan itu. Aku menjawab,
"Oh, ya-ya-ya. Terakhir kali, dia diajak Ibu bertamu ke rumah. Terus Ibu tawarin teh itu...",
"Apa dia minta daun teh nya?", si Ibu memotong pembicaraanku. Lalu Aku balas dengan anggukan kepala. Si Ibu mulai lemas dan nyaris pingsan. Aku sigap menopang tubuhnya. Lalu dia berkata,
"Pergi... Pulang sana, Den... Selametin orang tuamu... Mereka dalam bahaya...", Aku bingung harus bagaimana. Tidak mungkin kutinggalkan si Ibu terkulai lemas di rumah sendirian. Dan di sisi lain, Aku mencemaskan Ibu sama Bapak,
"Pergi, Den... Nggak usah khawatirin Ibu... Kamu selametin orang tuamu sekarang...",
"Ma-maaf, Bu. Saya ngaku salah. Harusnya Saya nggak masuk ke basemen waktu itu", seraya membungkuk Aku memohon maaf kepada si Ibu.
"Ya... nggak apa-apa... Kamu mungkin nggak tau... Tapi lain kali... Hati-hati...", Aku mengangguk dan langsung pamit pulang kepada si Ibu.
















"Berita terkini...
Sebuah rumah dekat perkebunan teh di dataran tinggi Karimun dilalap si jago merah. Kebakaran diduga berasal dari ledakan tabung gas. Kronologis kejadian berawal dari kompor gas yang tidak dimatikan oleh si pemilik pada saat meninggalkan rumah. Menurut saksi, penghuni rumah itu baru saja kembali dari melayat tetangganya yang meninggal. Tak lama setelah si penghuni pulang ke rumahnya, terdengar suara ledakan sesaat sebelum kejadian. Nahas, semua korban dinyatakan meninggal dunia..."

"Sekilas info...
Telah terjadi sebuah kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa seorang pemuda di Jalan Karimun. Lokasi kecelakaan berdekatan dengan lokasi kebakaran di daerah dataran tinggi Karimun. Saksi mata menyebutkan bahwa korban membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Lalu, ketika sampai di perempatan, dari arah kiri korban, ada sebuah truk yang mengalami rem blong dan menghantam mobil korban. Korban yang bernama Doni ini mengalami patah tangan dan kaki, tulang yang remuk dan wajah yang hancur. Korban sempat tidak bisa diidentifikasi petugas. Beruntung, petugas menemukan KTP korban di TKP..."















Hey, kalian mau tahu satu hal? Korban itu adalah....
Aku dan keluargaku...















Hmm... Malam Jum'at minum teh anget enak kayanya.😀
Well, that's all for tonight...
Hope you guys enjoy the story...
Don't forget to share it to your friends...
-Author

0 komentar:

Posting Komentar