29.1.19

S02E07 : Ikatan Persahabatan Part 2B


||Lho kok jadi drama gini, Bang?||
||Bukan Horror Night ini mah||
||Authornya kehabisan ide nih...||

Sabar...wahai netizen yang Maha Benar, ceritanya belum kelar, Oke?

Lanjut...




←Halaman sebelumnya


Setelah peristiwa yang mengharukan itu, Ari membawa Budi naik keatas panggung. Awalnya, Budi tampak enggan berbicara di depan khalayak ramai,
"BU..DI!!...BU..DI!!...BU..DI!!", para hadirin menyemangatinya. Dan akhirnya ia memulai sambutannya,

"Sebelumnya, Saya ucapkan banyak terima kasih atas undangannya...juga atas dukungan kalian semua... yang tanpanya, saya tidak mungkin berada disini, di depan para hadirin sekalian....", singkatnya,
"Emang bener apa yang dikatakan sama temen-temen saya, Ari, Andre, Eko sama Niko... 5 tahun lalu, saya merasa tertekan dengan kabar burung tentang 'kematian' saya yang disebarluaskan oleh....", Budi melihat para hadirin yang ada disana, "Ya...gitu sih yang namanya pengecut", gelak tawa terdengar sangat keras memenuhi seisi tempat reuni. Selama acara berlangsung, Fandi tidak menunjukkan batang hidungnya. Ya... Aku sendiri tidak berharap dia datang.
"Pokonya... yang jelas saya benar-benar tertekan sekali. Bagi saya...itu benar-benar...'JAHAT'...", gaya Budi menyebut kata 'JAHAT' berhasil mengocok perut para hadirin,
"Hahahaha...ya, kembali ke cerita. Nggak lama, saya juga dapet kabar dari komite sekolah yang menyebutkan...'Alfandi Pratama telah dicoret dari daftar siswa angkatan tahun 2013'...", hanya anak-anak seangkatan yang bersorak sorai dan bertepuk tangan. Yang lainnya hanya mengikuti,
"Disitu saya cuma bisa bilang 'Rasain lu! Itu azab buat lu!", gelak tawa kembali terdengar,
"Hahahaha... Oke-oke...balik lagi...Ekhemm!!..Nah, dari situ, saya minta bantuan sama temen-temen saya yang ahli di bidang IT, saya mulai bikin program komputer sendiri, jadi developer... sampai akhirnya, hasil kerja saya dilirik oleh konsumen dari luar negeri. Nggak tanggung-tanggung, dari Amerika, Kanada, Inggris, Perancis, dan lainnya", tepukan tangan menggema di seluruh tempat reuni,
"Dan... ngomongin soal gaji....", sekarang para hadirin mulai antusias, "...Saya...cuma...dibayar seribu...", para hadirin kembali tertawa, "$1.000 Amerika tepatnya", hadirin bersorak. Lalu,"...per hari", sorakan hadirin semakin meriah. Budi sudah berubah, rupanya dibalik sosoknya yang sering dianggap lemah dan payah, tersimpan sosok Budi yang cerdas dan...ya... sarkastik. Tapi, meski begitu, Aku bangga padamu.... Bro...



















Setelah itu, kami masih berhubungan baik. Kami punya grup WhatsApp sendiri. 












Sama seperti membangun rumah tangga, persahabatan pun ada suka dan duka. Sama seperti dulu, Eko yang suka memulai segalanya. Sebagai orang yang paling jahil diantara kami, dia sering mengolok Budi. Tak jarang mereka berdua sering bertengkar. Tidak seperti dulu, dimana Budi hanya bisa pasrah. Sekarang dia mulai berani melawan. Aku dan Andre mulai bertukar posisi. Aku yang biasa menjadi asisten Eko, berganti menjadi Andre. Aku jadi lebih berpihak pada Ari sekarang. Puncaknya....












Eko melanggar aturan grup...
Imbasnya...























Kemudian Ari mulai bersuara...



Bukannya jawaban yang didapat....
Melainkan....





































Dua orang 'biang kerok' itu malah keluar dari grup.







Hhh... Ya Tuhan... Kenapa ini terjadi?? Hanya karena satu kata, rusak persahabatan kami. Imbasnya grup WhatsApp itu dibubarkan. Hanya Aku dan Ari yang masih sering berkomunikasi. Sedangkan sisanya tidak ada yang mau membalas pesanku.

Beberapa tahun kemudian, Aku sudah memiliki keluarga kecilku sendiri. Ari baru menyusulku 6 bulan setelah Aku menikah. Kalian tahu? Hanya Ari saja sahabatku yang datang ke pernikahanku. Begitu juga sebaliknya. Aku dan Ari sudah mencoba untuk mencari rumah Andre, Budi dan Eko. Sayangnya, mereka semua sudah pindah. Kontak mereka pun tidak satupun yang bisa dihubungi. 

Sekarang di usiaku yang sudah kepala 3, Aku mulai membuka usaha kecil-kecilan. Ya, lumayan untuk menambah uang sehari-hari. Sejak lulus SMA, Ari memang sudah menjadi Polisi. Saat ini pangkatnya pun sudah mulai tinggi. Tapi ia tidak pernah melupakan teman-temannya. Aku salah karena dari dulu Aku malah berpihak kepada Eko. 

Suatu hari, Aku sedang mengantarkan pesanan pelanggan ke suatu daerah. Saat sudah dekat dengan tujuan, Aku melihat ada rumah yang sedang berkabung. Kalau sudah antar pesanan Aku akan kesana. Seusai mengantar pesanan, Aku penuhi janjiku terlebih dahulu. Rasanya Aku seperti mengenal nama orang yang meninggal disitu.















































Apa Aku tidak salah baca?
Eko Andriyanto kan ...

Nama kepanjangan Eko...





















































To Be Continued...

0 komentar:

Posting Komentar