30.1.19

S02E08 : Ikatan Persahabatan Part 3



Persahabatan mulai hancur...
Dan kini, salah satu dari lima orang sahabat itu ditemukan meninggal dunia...
Siapa pelakunya??
Akankah pelakunya berhasil ditemukan???



TOK-TOK-TOK!!
"Permisi?"
"Ya? Tunggu sebentar!...",
KRIIITT!
"Oh, Mas Niko?",
"Iya, Bu. Saya mau anterin pesenan Ibu. Ini *menyerahkan pesanan*",
"Ya, makasih ya, Mas. Udah dianterin. Semuanya jadi berapa?",
"Karena Ibu pesennya 3, jadi Rp 150.000",
"Bentar ya, Mas. Saya ambil uangnya dulu", si pelanggan masuk ke dalam rumah. Lalu, "Ini mas, uangnya *memyerahkan 3 lembar uang Rp 50.000*",
"*menerima uang* Iya, makasih Bu, udah mesen. Di tunggu pesenan selanjutnya ya? Saya pamit dulu",
"Iya, Mas. Hati-hati di jalan, ya?",
"Ya, Bu. Permisi", Niko memacu motornya pergi dari rumah pelanggannya.

Tak jauh dari situ, dia melihat ada sebuah rumah yang nampaknya sedang berkabung. Sebelumnya, ia memang sudah melihatnya ketika ia hendak mengantar pesanan pelanggan.
"Gua penasaran, siapa yang meninggal ya?", katanya dalam hati. Ia memarkirkan motornya. Saat ia lihat tulisan di karangan bunganya...


HAH?!
"Eko Andriyanto kan, nama kepanjangan Eko?",






























Saat kuperiksa, ternyata benar Eko. Dia... Meninggal mengenaskan. Matanya melotot, lidahnya menjulur dan tubuhnya.... seperti boneka yang bisa digerakkan dengan benang itu lho. Hanya saja, tubuhnya kaku. Sudah berkali-kali diluruskan pun tetap tidak bisa.
Ya Tuhan...
Aku takut kalau Eko terkena azab illahi.


*suara ringtone iPhone*
"Halo, Ko? Apaan nih?",
"Halo Ri, lu mesti kesini. Sekarang juga",
"Lu dimana?", Niko menyebutkan alamat rumahnya, "Atas nama........Eko Andriyanto...",
"HAH?! Itu kan...",
"Eko udah meninggal, Ri.....Eko udah kagak ada....", dialog sempat terhenti beberapa saat,
"Innalilahi wa Inna Ilaihi Raji'un, ya-ya, ntar Gua sama tim Gua kesana. Lu tunggu disana!",
"Ya Ri..... Gua tunggu....".

Tak lama kemudian...
"Permisi, Assalamualaikum",
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh", ucap para pelayat serempak,
"Ri...", Ari dan Niko berpelukan. Mereka tidak tega melihat kondisi jenazah sahabat mereka,
"Sabar, Ko.... Gua tau ini berat",
"Iya...*hiks*...Gua gak tega ngeliatnya....",
"Dah, kagak apa-apa...lu..tenangin diri dulu sono, ya?", Niko pergi meninggalkan tempat berkabung,
"Maaf ini, ya? Bukannya Saya bermaksud mengganggu, tapi, bagi Kami ini kasus kematian yang tergolong baru nih. Jadi, Saya sama tim, mau izin buat penyelidikan", kata Ari di depan para pelayat. Namun,
"Gak perlu penyelidikan segala, Pak. Ini udah jelas-jelas mati di santet, Pak!", ucap salah satu kerabat Eko,
"Iya..Saya paham kok, Mas. Tapi dari segi hukum, ini harus diselidiki terlebih dulu", balas Ari,
"Percuma, Pak! Buat apa pake alesan penyelidikan segala kalo ujung-ujungnya dimintain DUIT?! Bapak gak kasian sama keluarga sepupu Saya?! Akhir-akhir ini, usaha tanahnya jadi bangkrut. Dan sekarang, pake alesan penyelidikan Bapak manfaatin keadaan biar bisa dapetin duit dari keluarga Almarhum, YA KAN?!!", emosi kerabat Eko tersulut. Para pelayat berusaha untuk menenangkannya,
"Nggak kok, Mas. Nggak lama kok penyelidikannya, besok pagi udah bisa dimakamkan. Emangnya, Masnya sendiri tau darimana kalo penyelidikan mayat harus pake duit?", kerabat Eko tadi, jadi malu sendiri. Dia kehabisan kata-kata, "Jadi gimana nih? Apa pihak keluarga bersedia agar jenazah saudara Eko Kami bawa?",
"*hiks*....Bawa aja Mas Ari...*hiks*...Saya juga....ingin tau kenapa jenazah Suami Saya bisa kayak gini..Huuuu...", Ari merasa sedikit terenyuh. Istrinya Eko tidak lain tidak bukan adalah teman sekelas Ari juga,
"Yang lain?", para pelayat juga setuju, "Ya udah kalo gitu. Rian, Sonya, Ujang, bawa jenazah ke mobil!",
"Ya, Pak!", dengan bantuan pelayat dan kerabat, jenazah Eko dibawa masuk ke dalam mobil Ambulans yang sudah disiapkan oleh tim Ari. Ari menghampiri istrinya Eko, sebut saja Elin,
"Lin, yang sabar ya? Gua tau ini berat. Gua tau lo cewek yang kuat",
"*hiks-hiks* Iya.... makasih banget ya, Ri... Gua merasa kebantu sama lo...",
"Ya, gapapa. Besok Gua kabarin lo buat ngambil mayatnya Eko. Ntar Gua juga mau minta penjelasan soal kronologis kematiannya Eko",
"Oh...*hiks* Oke deh kalo gitu..",
"Ya, makasih ya, Lin, atas kerjasamanya. Gua pamit dulu",
"Ya, Ri. Hati-hati ya?", singkatnya, jenazah Eko dibawa ke RS Polri untuk diotopsi...










































Ilustrasi badan jenazahnya 👆👆👆
(Kurang lebih sih...)
Source : Junji Ito Manga : Earthbound


Seminggu setelah kematian Eko, Ari mengabariku. Tidak ada bekas tindak kekerasan pada tubuhnya. Dia mati tak wajar. 

Sehari setelah otopsi, mayat Eko dikebumikan. Aku tidak percaya Eko akan meninggal dengan cara seperti ini. Pikiran terliarku mengatakan kalau Eko mati diguna-guna. Mengingat bahwa dia adalah orang yang tengil, sembrono dan sarkastik. Sepintas Aku mulai mengingat Budi. Apa kabarnya ya, dia sekarang?

Aku mulai ingat, Ari sebagai Polisi pasti bisa melacak keberadaan seseorang.















Satu malam, saat Aku hendak tidur, Aku mengobrol dengan istriku...

"Nin?", istriku bernama Nina,
"Ya?",
"Mmm...Kamu...udah pernah denger cerita Aku waktu SMA dulu?",
"Paling...cuma soal sahabat Kamu. Itupun cuma asal tau aja",
"Hehe..Iya. Terus... berhubung si Eko udah meninggal... Aku mau cerita soal....masa lalu Aku di SMA",
"Hehehe..lebay amat sih bahasanya?",
"Oh ya?", dia mengangguk sambil terkikik geli,
"Hmmm...Oke... Jadi gini....",

⇽Awal...
⇽Bridge...
⇽Konflik...

"Cerita Aku kepanjangan gak?",
"Lumayan kalo buat begadang, Hahaha...",
"Hahahaha... ada-ada aja Kamu, sayang...",
"Hihihi.......Hhh...Ya... sekarang Aku tau Kamu dulunya kayak gimana. Belum lagi, soal si Budi. Tapi, kalo kata Aku sih, bisa jadi si Eko mati diguna-guna. Ya walaupun kemungkinannya kecil, tapi gak mungkin si Budi yang pinter gitu mainannya ilmu hitam, ya kan?",
"...Ya juga ya? Terus, gimana lagi, Yang?",
"Mmm... mungkin Kamu coba deh buat ketemuan sama Dia. Ya itung-itung silaturahmi juga. Lagipula, kita juga kan gak tau pemikirannya Budi? Biarpun udah lama, tapi bisa juga Dia masih dendam. Pokonya, Kamu harus minta maaf sebelum terlambat. Umur orang kan, gak ada yang tau?", istriku ada benarnya. Aku harus bertemu dengan Budi sebelum terlambat...

Paginya...








Karena Ari sedang menyelidiki kasus lain, jadi Aku sendiri yang mencarinya. Rupanya, kantor pusatnya berada di luar kota. Mau tidak mau Aku harus meminta cuti di perusahaan tempatku bekerja. Izin sudah kukantongi, sekarang waktunya untuk pergi. Aku tinggalkan anak dan istriku demi menebus dosa yang kuperbuat. Itu semua adalah anjuran istriku.

"Kamu yakin mau pergi, Yang?",
"Iya, Aku gak mau ninggalin anak istriku dengan kondisi di santet",
"Ya udah kalo gitu", Niko berpamitan pada istri dan anaknya. Ia akan melakukan apa yang harus dilakukan....




































Di perjalanan....
TUT....

"Halo, Ri?",
"Nik, lu nggak bakalan percaya ini...",

"Apaan?"
"Ini soal si Andre.... Dia... Meninggal...."....




To be continued...

0 komentar:

Posting Komentar