7.2.19

S02E14 : Bukan Jagoan Part 1



Ini bukan cerita soal jagoan pembasmi kejahatan...
Ini juga bukan cerita yang inspiratif...
Ini cuma...
Cerita...




Namaku Putra. Aku seorang Teknisi IT di sebuah perusahaan ternama di Tangerang. Sebagai anak IT, sudah jelas kalau bayaran yang kuterima per bulannya tidaklah sedikit. Dalam 3 bulan, Aku sudah bisa membeli sebuah mobil. Hehe... maaf jika Aku menyombongkan diri. Sejujurnya Aku hanya ingin memotivasi kalian untuk bekerja keras. Tentunya bagi kalian yang memiliki pemikiran positif tentunya. Bukan para pengangguran yang kerjanya berdebat, bergosip dan menjelek-jelekkan orang. Terutama di sosial media.

Aku tinggal di rumah pemberian orang tuaku. Sementara orang tuaku memilih untuk pindah dekat dengan pesantren Adikku. Jadinya, Aku tinggal sendiri di rumah. Itu keputusan mereka, ya? Bukan berarti Aku mengusir mereka. Camkan itu! Sebagai informasi, Adikku di sekolahkan di pesantren daerah Rangkasbitung. Karena dia anak yang manja (wajar saja karena dia perempuan), jadinya orang tuaku memilih pindah ke sana. Di usiaku yang sudah menginjak seperempat abad ini, sudah bisa disebut sebagai usia yang matang. Tak jarang orang tuaku memintaku untuk segera mencari jodoh. Tapi sayangnya, Aku orang yang pemilih. Aku tidak suka dengan gadis-gadis zaman sekarang. Lebih memamerkan fisik ketimbang intelijen dan spiritual. Urusan materi adalah nomor satu. Asal ada materi, mereka melirik. Jika tidak, siap-siap saja kalian diabaikan.

Kehidupan sosialku, biasa-biasa saja. Selagi mereka sopan, Aku juga akan sopan kepada mereka. Aku tidak takut jika harus berkelahi dengan orang-orang yang berbuat kurang ajar kepadaku. Sudah berapa banyak perampok, copet, jambret, maling hingga rentenir semena-mena yang kupatahkan kaki atau tangannya. Meski begitu, Aku tetap menghormati tetangga-tetangga ku. Sampai-sampai, Aku sering disebut sebagai jagoan di tempat tinggalku. Ingat pesanku, meskipun harus beradu fisik, lakukanlah kebaikan dimana pun berada. Lindungi dan tolonglah mereka yang sedang membutuhkan bantuan juga pertolongan. 

Suatu hari, seperti biasa Aku sedang makan di warteg Pak Soleh. Tentunya warteg itu sudah menjadi langganan ku. Lalu, datanglah lelaki seumuran denganku memesan lauk pauk. Aku melihat dia memiliki ponsel keluaran terbaru yang baru-baru ini dirilis di Indonesia. Sejujurnya, Aku baru melihat orang itu.

Setelah ia pergi, Aku bertanya kepada Pak Soleh,
"Tadi siapa Pak?",
Oh, itu si Damar. Dia sering beli lauk disini juga. Cuman, dia nggak pernah keluar rumah selain beli lauk pauk doang", sifat detektif ku mulai keluar,
"Dia kerjanya apa ya?",
"Kalo itu Saya juga kurang tahu. Orang-orang juga pada nggak tau", Hmm... menarik. Aku jadi ingin menegenalnya lebih lanjut. Pak Soleh menambahkan, "Kalo orang-orang sini, pikirannya masih soal-soal mistis gitu. Paling kalo nggak melihara tuyul, paling ngepet. Itu sih yang sering Saya denger", Aku benar-benar tidak percaya dengan hal-hal yang berbau mitos atau takhayul seperti itu. Kalau hal-hal yang gaib, Aku percaya. Tapi kalau hal-hal seperti yang diucapkan Pak Soleh tadi, tidak. Pak Soleh bertanya,
"Emang kenapa, Den Putra?",
"Nggak, Pak. Saya penasaran aja. Soalnya dia punya HP keluaran baru",
"Ya tah? Wah..kalo gitu hebat berarti dia", kami tertawa setelahnya.

Aku sudah sampai di depan rumah Damar. Terima kasih untuk Pak Soleh atas alamat yang sudah diberikan. Aku ketuk pintu rumahnya. Lalu, dia menunjukkan batang hidungnya.
"Ada apa ya? Lu siapa?", tanyanya dengan sinis,
"Kagak, gua cuma dateng buat ngasih info ke lu...", 
"Sorry, gua nggak tertarik",
BLAM!!
Belum selesai Aku bicara, dia membanting pintu tepat di depan wajahku. Baiklah, jika itu keinginanmu.

Beberapa hari terakhir, masyarakat di tempat tinggalku di hebohkan dengan kasus penculikan. Baik orang dewasa maupun anak-anak menjadi korbannya. Tak jarang, polisi berpakaian preman sering bolak-balik ke tempat tinggalku. Sekarang, saatnya bagiku untuk menolong mereka.

Para polisi itu sering datang ke rumah penduduk untuk memeriksa mereka satu persatu. Dikhawatirkan si pelaku menyembunyikan diri di dalam rumah penduduk.
TOK-TOK-TOK!!
"Permisi! Assalamualaikum!", Aku buka pintu,
"Wa'alaikumsalam", ternyata para polisi itu, "Eh, pak? Masuk aja", mereka mengiraku aneh. Aku persilahkan mereka masuk dan kujamu mereka. Aku sudah yakin kalau Aku dicurigai. Mereka pasti berpikir kalau Aku akan meracuni mereka.
"Maaf mengganggu waktunya, Dek. Kami disini ingin melakukan investigasi soal...",
"Penculik itu ya, Pak?", jawabku,
"Ya, sepertinya Adik ini sudah mengetahui semuanya", kata pemimpin polisi itu. Diketahui kalau namanya adalah 'Arianto S'.
"Memang, Pak. Kebetulan Saya juga sedang meminta bantuan polisi. Akhir-akhir ini, Saya sedang mencurigai seseorang yang tinggal di rumah besar dekat lapangan, Pak",
"Oh gitu, ya? Bisa dijelaskan mengapa saudara memiliki dugaan seperti itu?", Pak Ari memberi tanda kepada anak buahnya untuk mencatat. Satu-satunya polisi wanita diantara mereka yang mencatat. Namanya 'Sonya Wulandari'. Lalu Aku mulai menceritakan awal pertemuanku dengan Damar.
"Kapan terakhir kali saudara melihat saudara Damar?", tanya anak buah Pak Ari bernama 'M Boy Ariansyah'.
"Itu hari pertama dan terakhir kali Saya bertemu dengan Damar, Mas", Aku panggil Boy dengan sebutan Mas karena dia tampak seumuran denganku.
"Sekarang gini, Mas...",
"Wahyu Putranto. Panggil aja Saya Putra", jawabku kepada Sonya,
"Mas Putra. Apa saudara bisa membuktikan dan membantu kasus ini?",
"Saya siap"





To be continued...

0 komentar:

Posting Komentar