"Di sebuah kampung tengah di gegerkan dengan menghilangnya 58 warganya. Untuk mencari tahu penyebabnya, Ketua RT setempat pergi meminta bantuan 2 orang Polisi muda bernama Firman dan Maria. Ketika Polisi itu datang, ada salah seorang warga kampung yang datang ke rumah Ketua RT dan melaporkan bahwa korban hilang bertambah satu. Dan disaat itu pula penyebab teror terungkap...
Seekor Buaya pemangsa manusia yang menjadi penyebab utamanya...
Dengan bantuan para anggota Karang Taruna setempat, Polisi muda itu berusaha untuk mengungkap teror yang terjadi.
Setelah mengorek informasi yang mendalam, para pemuda itu berangkat menuju satu pulau di dekat muara sungai...
Sebuah pulau dengan bentuk menyerupai kerangka kepala seekor Buaya...
Pulau Buaya...
Sebuah pulau yang disinyalir menjadi sarang dari sang predator. Perjuangan mereka tidaklah mudah, karena satu persatu dari mereka harus kehilangan nyawanya sendiri. Singkat cerita, saat mereka sampai di tujuan, berbagai macam rintangan harus mereka hadapi. Hingga akhirnya, otak dibalik teror ini terungkap...
Seorang pria paruh baya yang menjadi sepuh di kampung itu sendiri...
Motif utama diduga hanya perihal tumbal semata. Namun, apa tujuan sebenarnya dari tumbal tersebut?
Akankah teror ini berakhir?
Episode sebelumnya :
>Prologue
>Part 1
>Part 2
>Part 3
>Part 4
>Part 5
>Part 6
>Part 7
>Part 8
>Part 9
"HENTIKAN SEMUA INI!!!......KALAU TIDAK....",
"Apa?...Kamu mau ancam Saya? Hah?...",
Firman memaksa Pak Galang untuk menghentikan teror yang ia perbuat. Namun, ia menantang sang Polisi muda. Di samping Pak Galang, Maria, Rendra dan Gina diikat dengan tangan di atas kepala pada sebuah gawang kayu. Mereka tidak berdaya untuk melawan. Firman mengepal tangannya dengan erat sambil memikirkan cara untuk menyelamatakan teman-temannya,
"APA?!...Digertak aja TAKUT dasar Polisi LEMAH!!", gertak Pak Galang,
"Saya tangkap KAMU!", ancam Firman sambil memegang pisau lipat milik Leto. Namun,
"Hehehehehe.....HAHAHAHAHAHAHAHA!!!! Polisi kok ngancem pake piso? Pasti Kamu amatir ya? Hah?",
"DIAM ATAU SAYA TANGKAP KAMU SEKARANG!!",
"Hohoho...keliatan jelas Kamu amatiran", Pak Galang mengangkat tangannya, "Ayo....tunggu apa lagi?...Tangkap Saya...", Pak Galang melakukan itu tidak lain tidak bukan hanya sebagai ejekan. Dan bodohnya, Firman pun menurutinya. Ia berjalan mendekati Pak Galang dan...
BUGGGG!!!!
"GAHKK!!"
BREKKK!!!
Pak Galang secara spontan berhasil memukul perut Firman dengan telapak tangannya hingga Firman terpental ke belakang. Sang Polisi tersungkur di tanah sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat. Melihat pemandangan itu, Pak Galang tertawa terbahak-bahak. Lalu, Dia bilang,
"Kamu pasti Polisi 'jalur belakang' ya? Dipukul gitu doang mental! HAHAHAHAHA!!!!!! Kamu gak PANTES buat nolongin MEREKA! Nggak cuma itu, udah banyak temen-temen Kamu yang jadi tumbal buat Saya. Dengan begitu, Saya bisa jadi lebih KUAT! Saya bisa jadi PENGUASA di kampung! Dan Kamu...HARUS tau....", Firman mencoba bangkit di tengah rasa sakit yang dirasakannya,
"Silahkan.......Hina Saya sepuasmu........tapi.................JANGAN PERNAH....Kamu ngeremehin Saya...............INGAT ITUU!!!!", Firman memasang kuda-kuda bertarung,
"Hehehe....Heh! Kamu yakin mau ngelawan Saya, HAH?! Sekali pukul aja mental! Mana mulutmu udah berdarah lagi? Hehehe......", tiba-tiba,
"HIIIYYAAAAAAHHHHHHH!!!!!!!!!", Firman berlari ke arah Pak Galang.
Dengan mudah, Pak Galang mengelak dan segera memukul kepala belakang Firman dengan cepat. Sekali lagi, Polisi itu jatuh tersungkur akibat pukulan itu. Tanpa lelah, ia langsung bangkit dan berlari kembali ke arah pria itu. Kali ini, Firman berhasil mengeksekusi serangan. Sayangnya, semua itu dengan mudahnya ditangkis oleh Pak Galang. Berkali-kali Firman dipukuli habis-habisan dan berkali-kali ia jatuh bangun akibat serangan itu. Wajahnya babak belur, tubuhnya penuh dengan luka bekas pukulan. Di saat ia sudah benar-benar tak berdaya untuk bangkit,
"Man?", Maria memanggil Firman dengan nada pelan, "Aku mohon...jangan menyerah...inget semua kata-kata Kamu....Kamu udah janji bakalan nolongin kita semua....Kamu udah janji buat nyelesain masalah ini....inget-inget lagi sama semua temen kita yang udah ngorbanin nyawa mereka demi misi ini......", mata Firman terbelalak. Dengan sisa tenaga yang ada, ia bangkit. Ia kembali memasang kuda-kuda walaupun nafasnya tersengal-sengal. Kali ini ia memancing Pak Galang untuk menyerangnya terlebih dulu.
"Heh, masih nekat aja Kamu", Firman tak hentinya menantang Pak Galang, "Baiklah. Kalo itu mau KAMU!!!", Pak Galang langsung berlari dan menyerang Firman.
Firman berguling ke depan dan menghindari pukulan Pak Galang. Pria itu kembali menyerang dan si pemuda mengelak lagi. Ini adalah strategi Firman. Dia mencoba untuk membuat Pak Galang kelelahan. Dan disaat itulah ia bisa menyerang pria itu dengan mudah. Dan benar saja, karena faktor usia, pria itu mulai kelelahan. Sebuah strategi yang apik dari seorang Polisi 'amatir'. Saat serangannya mulai melemah, Firman berhasil memukul Pak Galang tepat di perutnya. Meski tenaganya sudah terkuras, Firman cukup membuat pria itu merasakan rasa sakit yang teramat sangat di perutnya.
"Hhhhh....hhhhhh......akhirnya........Saya berhasil memukulmu.......", kata Firman dengan nada mengejek,
"Hhhhhhh!!!! Kurang ajar! Berani-beraninya Kamu mengejek Saya, HAH?!", bentak Pak Galang. Dan lagi, Firman menantang pria paruh baya itu, "RRRGGHHH!!!! AWAS KAMUUUU!!!!!!!", Pak Galang berlari ke arah Firman. Dengan mudah, Polisi muda itu mengelak dan memukul kepala belakang pria itu dengan cara yang sama seperti saat Pak Galang memukul kepala belakang Firman.
Keadaan mulai berbalik. Semua yang Pak Galang lakukan pada Firman sekarang terbalik. Pak Galang pun mulai luka-luka dan babak belur. Melihatnya, Firman merasa puas karena bisa memutar balik keadaan,
"KURANG AJAAAARRRRR!!!!! Semua ini...................", Pak Galang membungkuk dan, "BELUM BERAKHIIIIIIIRRRRRRR!!!!!", tiba-tiba, sekelompok Buaya datang menyerang Firman dari segala arah. Ketika para predator itu hendak mencabik-cabik tubuh Polisi muda itu....
"HEYYYY!!!!", tanpa diduga-duga, Maria, Gina dan Rendra berhasil meloloskan diri. Sontak, para predator itu teralihkan perhatiannya dan langsung mengejar mereka bertiga. Namun, baru saja berbalik badan...
"AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!"
SYUTTT!!!
JREKKKK!!!!
Laba-laba siluman melompat ke arah Gina. Beruntung, sebuah pisau mengenai tubuh hewan itu. Pisau itu menancapkan tubuh Laba-laba ke pohon dan langsung membunuhnya. Dan ternyata, Firman lah yang melemparnya. Pisau itu, tidak lain tidak bukan merupakan pisau lipat milik Leto. Tak lama kemudian,
"REN, AWAAAASSSS!!!!!",
JREKKKK!!!! TAK! TAK!
"MATI KAMU!! MATI KAMU!!", dengan mudah Rendra membunuh seekor Kalajengking yang hendak menyengat kakinya. Ia injak tubuh hewan berbisa itu hingga hancur,
"AYO LARIII!!!!", tanpa sadar, para Buaya yang kelaparan itu sudah sangat dekat di belakang mereka. Otomatis, mereka berlari meninggalkan Pak Galang dan Firman berdua.
Kini, Firman dan Pak Galang kembali berhadapan. Pak Galang masih merasa kesakitan atas serangan yang dilancarkan oleh Firman.
"Sekarang.....Kamu udah gak punya siapa-siapa lagi..... lagipula, Kamu udah gak sanggup untuk melakukan serangan lagi. Dan sebelum Saya tangkap, sebaiknya...Kamu jelaskan, kenapa Kamu melakukan ini semua?", Firman mencoba menginterogasi Pak Galang, "Jawab.... kenapa Kamu tega mengambil nyawa 60-an jiwa orang yang tak berdosa hanya untuk kepentingan Kamu sendiri? Untuk apa Kamu memakai tumbal untuk memperoleh kekuatan dan kekuasaan?",
"Heh, Kamu yakin ingin tau, Hah?", Firman mengangguk, ".....Hhhhhh......itu nggak penting buat apa Saya membutuhkan kekuatan dan kekuasaan.... tapi.... semua ini...... dengan sukarela...Saya lakukan..........untuk Aki....", Firman kebingungan,
"Aki? Siapa yang Kamu maksud?",
".... Karena.....Aki yang menjanjikan semua kekuatan dan kekuasaan itu....Aku.... hanya melaksanakan...titah Aki.... semua ini.... untuk Aki........HANYA UNTUK AKIIIIII!!!!!!! HAHAHAHAHAHA!!!! HAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!", Pak Galang tertawa gila, tubuhnya ikut bergetar dan wajahnya menunjukkan ekspresi layaknya seorang psikopat. Firman sedikit gentar, Dia tidak menyangka dengan apa yang terjadi pada pria itu. Tak lama, awan pun menampilkan bulan purnama yang selama ini ditutupinya, hingga cahayanya menyinari Pak Galang dan Firman,
"Akhirnya..... waktunya sudah tiba....... dengan jiwaku yang ku tukar untuk sebuah Maha Kuasa darimu.........", tiba-tiba, "AKU...AKAN MENJADI....PENGABDI SETIAMU AKIIII!!!!!!", Firman terbelalak. Pak Galang bukanlah dirinya yang semula. Melainkan....
"Siluman itu masih terus ngejer kita, Mar! Hah-hah....kita gak bisa....lari terus!..", kata Gina kepada Maria dengan nafas memburu,
"Ya! Sampe kapan kita bakalan lari terus, Mar?", Rendra menimpali. Di tengah pengejaran, Maria sembari memikirkan cara untuk menghentikan kejaran para siluman Buaya dibelakangnya. Kemudian,
"MASUK KESANA!!!", Maria melihat sebuah gua di hutan. Ia, Gina dan Rendra bergegas masuk ke dalam gua. Ketika mereka masuk, disaat itu pula para siluman itu berusaha untuk merangsek masuk ke dalam gua, namun gara-gara siluman yang paling besar, jalannya terhalang. Segala macam cara mereka lakukan untuk masuk, namun tidak ada hasilnya. Ketiga pemuda itu berlari ke dalam gua, menghindari kejaran para siluman Buaya.
Ketika masuk, jalan masuk gua itu seperti sebuah lorong, lurus terus tanpa belokan. Celah di langit-langit gua menjadi akses bagi cahaya bulan untuk menyinari gua. Di tengah perjalanan,
"Kayanya...Aku tau tempat ini...", kata-kata Gina menyadarkan Maria,
"Berarti.... jangan-jangan........", tak jauh dari situ,
"Liat! Ada obor!", Rendra menunjuk ke depan dan ia melihat sebuah obor yang menggantung di tembok. Mereka berlari menuju obor dan berhenti di dekatnya,
"Kita ambil ini", Maria mengambil obor itu. Sekarang, Maria, Gina dan Rendra berada di sebuah pertigaan jalan. Hanya ada 2 jalan yang belum mereka ketahui, ke kiri dan ke kanan.
"Emmm....kita kemana dulu nih?", tanya Rendra,
"Errrrr......Ehhhhh.......Eh, Na?", panggil Maria kepada Gina,
"Eh, ya?", jawab Gina,
"Bukannya Kamu tadi bilang kalo Kamu tau tempat ini?", kalau apa yang dikatakan Gina itu benar, maka itu akan menjadi sebuah petunjuk yang sangat berguna,
".........", sebelum Gina hendak menjawab,
"Ayo, Na! Cepet jawab!", Rendra memotong omongannya,
"Eh! Diem! Gina kan mau jawab?!", bentak Maria,
"....Ok....", kata Rendra pelan,
"...........................................Iya Aku inget...."
Kemudian...
"Kesini...", Gina menjadi pemandu jalan.
Dia membawa Maria dan Rendra melihat-lihat seluruh tempat rahasia milik Pak Galang. Ya, gua tadi adalah akses masuk ke dalam ruang rahasia yang disembunyikan Pak Galang. Untuk keperluan penyelidikan, Maria meminta Gina untuk mengeksplorasi seisi tempat tersebut. Termasuk,
"Eh? Kenapa berhenti Na?", tanya Rendra. Gina berhenti melangkah. Dengan berat hati Dia bilang,
"...Hhhhh......kalian siap?",
"Siap.....untuk apa?", tanya Maria, Maria berjalan mendahului Gina dan, "HHH?!!..........A-A-A.....Aku nggak.......", Gina mengangguk pelan. Maria langsung berlari,
"Mar! Tungg.....", Gina memegang tangan Rendra. Saat Rendra menatapnya, ia menggelengkan kepala dengan mata berkaca-kaca. Perasaan Rendra bercampur antara penasaran dan sedih. Di satu sisi Dia ingin menjaga perasaan temannya, tapi ia ingin tahu apa yang Gina sembunyikan. Lalu,
"WAAAAAAHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!",
"MARIA!!!", baru saja Rendra maju beberapa langkah, "Ya Tuhan.....", Rendra sekarang tahu. Ia lihat Maria terisak melihat,
"Aku udah bilang kan, Ren?....hiks...", Gina langsung menghampiri Rendra.
Sontak mereka berdua saling berpelukan. Hati Rendra hancur berantakan. Kepalanya pun terasa panas. Ia tidak terima dengan apa yang terjadi pada 2 temannya, yaitu Yama dan Wayan. Ya, alasan Gina menghentikan perjalanan adalah ia tidak ingin Maria dan Rendra melihat jasad Yama dan Wayan yang kondisinya benar-benar mengenaskan. Kini, satu hal yang ada di pikiran Rendra...
Balas dendam...
"ARRRRRRRR!!!!!!!! RRRRRRRRRRRAAAAAAA!!!!!!!!!!",
"Hah...hah....gila! Gimana cara ngalahinnya ya?", pikir Firman dalam hati.
Saat ini Dia sedang berhadapan dengan Pak Galang yang mulai menggunakan ilmu hitamnya, yakni berubah wujud menjadi seekor Buaya yang ukurannya sangat besar dan menyeramkan. Ia sudah mencoba segala cara untuk melumpuhkan siluman tersebut, namun belum ada satupun upaya yang berdampak sangat signifikan bagi siluman tersebut.
"Arrgghhh!!! Kalo ngehindar terus......kapan selesainya?....Aku...harus...nyari cara....", katanya lagi dalam hati. Ia melihat jimat yang dikalungkan di leher sang siluman, "Itu dia!", ia mulai berusaha untuk mencabut jimat tersebut.
Rencananya, ia akan mencoba untuk naik ke atas punggung siluman itu dan mencabut jimat tersebut. Memang terdengar mudah, tapi itu mustahil. Kekuatan yang dimiliki siluman itu jauh lebih besar dari kekuatan sang Polisi muda. Firman melihat posisinya saat ini, dimana ia berada di dekat Tongkonan milik Pak Galang. Pikiran sang Polisi tertuju pada barang-barang milik Pak Galang yang sangat berguna untuk melumpuhkannya. Firman bergegas masuk ke dalam rumah, disusul sang siluman yang mencoba untuk menghentikan sang Polisi muda. Sayang seribu sayang, ukurannya terlalu besar untuk sebuah rumah tradisional yang tidak begitu besar. Tapi, jangan dikira kalau itu adalah keuntungan bagi Firman. Justru, siluman itu berusaha untuk menghancurkan rumah tersebut dengan memanfaatkan ukuran tubuhnya. Saat ia sudah di dalam, Firman hanya perlu berpacu dengan waktu sebelum siluman itu menghancurkan Tongkonan. Ia telusuri seluruh penjuru rumah, sampai akhirnya,
"Aha! Ini Dia!",
DRAKKK!!!
RRRROOOOAAAAARRRRRRRHHHHHH!!!!!!!
"Aku harus cepet!", Firman menemukan sebuah kamar yang diduga kamar dimana Pak Galang melakukan praktik ilmu hitamnya. Hal itu bisa dilihat dari berbagai pernak-pernik dukun di dalamnya. Dia mengambil sebilah badik berornamen tengkorak pada gagangnya, jarum besar yang tertancap pada sebuah boneka (diduga boneka santet) dan sebuah anak panah yang ujungnya dipasangi bulu Ayam berwarna hitam. Saat ia hendak keluar...
DRAKKK!!!
Di tempat lain...
BRAKKK!!!
"Suara apa itu?",
"Kenceng banget suaranya...",
RRRROOOOAAAAARRRRRRRHHHHHH!!!!!!!
"Jangan-jangan......",
"Firman!",
"Mar, tunggu!!!", setelah situasi yang menyedihkan berlalu, kini situasi menegangkan menghampiri Maria, Gina dan Rendra. Maria berlari meninggalkan Rendra dan Gina di belakang. Maria terus berlari mengikuti jalan. Sampai di pertigaan...
"WAHHHH!!!!! HAHAHA!!! Mau kemana Kamu?.....UGHHH!!!!", Maria dicegat oleh antek-antek Pak Galang yang sebelumnya mengejarnya dalam wujud seekor Buaya. Beruntung dengan kemampuan beladiri miliknya, Polisi muda itu berhasil ketiga anak buah Pak Galang. Selang berapa lama,
"Hah-hah-hah...Mar!....Tunggu......in??", Gina berhasil menyusul. Disusul Rendra yang langsung jaw drop melihat Maria menjejakkan kaki kirinya di atas tumpukan badan anak buah Pak Galang. Kemudian,
"Heh! Kalian bertiga jawab sekarang! Bagaimana awal kalian bisa ikut-ikutan sama Pak Galang? Terus apa motivasi Dia melakukan teror ini? JAWAB!!!",
"I-i-i-i-iya Bu, Iya....S-s-s-saya ja-ja-jawab....", jawab salah seorang anak buah Pak Galang. Mereka bertiga gemetar karena takut oleh sifat galak Maria,
"JAWAB YANG BENER!! JADI LAKI TUH HARUS TEGAS NGOMONGNYA!!", bentak Maria,
"I-i-i-i-iya Bu, Iya....", disinilah semuanya mulai terungkap...
<<<FLASHBACK
Kita ini...cuma 7 orang lelaki yang sudah lama sekali tak dapat pekerjaan. Kita udah coba kesana kemari, tapi entah kenapa rasanya susah sekali. Udah banyak akal buat melakukan tindak kriminal supaya kita bisa dapet uang dengan gampang. Tapi...gimana nasib anak-istri di rumah? kita gak tega liat mereka kelaparan. Sampai...
Pak Galang datang menghampiri kita di sebuah sore. Waktu kita bertujuh lagi ngumpul di pos ronda. Beliau datang dengan tawaran kerja yang imbalannya menggiurkan. Karena beliau adalah sesepuh di kampung sekaligus orang yang paling dihormati, kita juga dengan senang hati menerima tawarannya itu. Beliau bilang, kita bertujuh adalah satu-satunya kelompok yang paling beruntung karena menerima tawaran tersebut. Setelah itu, beliau meminta kami untuk datang ke tepi muara pada malam Jumat waktu itu.
Singkat waktu, kita bertujuh datang. Pak Galang menyuruh kita untuk melakukan apa yang ia mau. Awalnya, kami hanya disuruh memakai dalaman saja, lalu duduk bersila sambil melingkar dan memejamkan mata. Pak Galang berdiri di tengah-tengah kita sembari membaca mantra. Jujur, kita sangat takut kalau ada sesuatu yang buruk pada keluarga dan diri kita sendiri. Dan setelah itu...
Kita merasa...aneh...
Rasanya...seperti ada sesuatu yang mencoba untuk mengambil alih raga kita...
Kita mencoba untuk melawan, namun Pak Galang meminta kita untuk jangan melawannya. Dan apa boleh buat, akhirnya kita membiarkan 'sesuatu' itu untuk menguasai tubuh kita. Dan setelah itu, perlahan tubuh kita mengalami perubahan yang sangat mengerikan. Kulit kita perlahan mengeras dan mulai pecah-pecah. Jari-jari mulai memanjang, kuku dan gigi mulai meruncing, kepala dan badan kita serasa ditarik dan diulur. Rasa sakit yang kita rasakan bagaikan siksaan di neraka. Puncaknya, jeritan kita berubah menjadi......
Suara geraman dari seekor hewan buas...
Saat semua kesakitan itu reda, barulah kita membuka mata...
Dan kita benar-benar terkejut...
Kita sudah berubah wujud menjadi seekor Buaya...
Terkecuali, 2 orang teman kita, 1 menjadi seekor Laba-laba dan 1 lagi menjadi seekor Kalajengking...
Kita tidak ingin menjadi seperti ini. Mengapa Pak Galang melakukan ini kepada kita? Lalu...
"Mulai sekarang, kalian akan menjadi pesuruh Saya. Tugas kalian, cukup mudah...", begitu kata Pak Galang sebelum kita memulai tugas kita selama beberapa bulan belakangan ini. Setiap 1 korban yang kita dapat akan menghasilkan sebongkah emas batangan 24 karat yang tiba-tiba muncul di dalam lemari di rumah kita masing-masing.
PRESENT>>>
"Darimana kalian tahu kalo emas batang itu ada?", tanya Maria,
"Beb...beneran Bu...s-soalnya...ti-tiap kali kita pulang ke rumah, pasti ada aja emas batangan di bawah tumpukan baju...", tutur salah seorang kaki tangan Pak Galang,
"Terus, apa yang terjadi kalo kalian mati? Apa semua emas-emas itu hilang?", tanya Maria lagi,
"S...soal itu.......S-s-saya......kurang tau Bu...", Maria bertanya lagi,
"Kalian tahu apa motif dibalik semua ini? Kenapa Pak Galang sengaja ngelakuin ini?",
"Beliau cuma bilang......", dari kejauhan terdengar suara geraman seekor Buaya,
"Mar, kita gak punya banyak waktu, ayo!", paksa Rendra,
"Kita bahas nanti di kantor. Sekarang...kasih tau Saya gimana caranya buat menghentikan Pak Galang yang udah ngamuk..."
Di tempat lain, Firman berhasil keluar dari Tongkonan sebelum hancur. Ia berhasil membawa beberapa barang perdukunan yang diduga dapat mengalahkan Pak Galang yang sudah berubah wujud menjadi seekor Buaya purba raksasa. Setelah bertarung sengit, Firman berhasil menikam punggung Buaya tersebut dengan anak panah berbulu hitam dan juga jarum besar. Sayangnya, tidak ada pengaruh apapun. Firman mulai kewalahan, ia sudah berada di titik dimana ia benar-benar terpojok dan tidak dapat berpikir sama sekali. Ditambah serangan Buaya itu yang bertubi-tubi. Maka dari itu, Firman putuskan untuk kabur. Otomatis hewan buas itu mengejarnya, hewan itu menghancurkan apa saja yang menghalanginya, termasuk pepohonan yang ada di sekitar. Alhasil, hutan perlahan mulai gundul. Buaya itu seakan tidak memberi sedikitpun tempat bagi Firman untuk bersembunyi.
Hingga...
"Man!!", Firman melihat Rendra melambaikan tangan dari kejauhan. Ia ada di bibir gua yang menghubungkan ruang rahasia dengan Tongkonan. Firman segera masuk ke dalam gua. Beruntung, hewan buas itu jaraknya cukup jauh dari Firman.
Firman & Rendra terus berlari ke dalam gua. Rendra membawa Firman ke pertigaan jalan di dalam gua. Sesampainya disana, Gina menyambut kedatangan mereka berdua.
"Man? Kamu nggak apa-apa?", tanya Gina,
"Yahhh....hhhh.....Aku baik-baik aja, makasih udah nanya", balas Firman. Ia melihat sekitar dan bertanya, "Mana Maria?",
"Ceritanya panjang. Sekarang kita...", belum selesai Rendra menjawab, tiba-tiba ada suara reruntuhan yang jatuh. Diikuti oleh getaran tanah yang semakin mendekati mereka bertiga. Cahaya dari obor perlahan menunjukkan sebuah siluet dari sesuatu yang tidak ingin mereka lihat.
"LARIIIII!!!!!!"
"RRRRRRRRRRRRR!!!!!!!!"
Sungguh terkejutnya mereka setelah Pak Galang berhasil menerobos masuk ke dalam gua dengan mudahnya. Perlahan, gua itu mulai roboh dan tanah mulai bergetar. Kini, mereka bertiga sedang berpacu dengan waktu untuk bisa lolos dari reruntuhan gua sekaligus kejaran Pak Galang. Dengan arahan Rendra, Gina & Firman berlari menuju pintu keluar gua.
"Dikit.....lagiiiii!!!!!", mereka berlari sekuat tenaga, hingga akhirnya, "Ada cahaya!!! Itu ujungnya!!!", kata Rendra sambil menunjuk ke depan,
"AYO TERUS!!", Firman menyemangati Rendra, sementara Gina tersenyum sumringah. Kemudian...
GRRRRKKKKKK!!!!
"AAAAAAA JANGAAAAAAAANNNNNNNN!!!!!"
BRRRKKKK!!!!
Akibat getaran yang sangat kencang, pintu gua tertutup oleh reruntuhan batu.
"ARRRGGGHHHH!!! AYO DONG AYOOOO!!!!!", Rendra & Firman mencoba untuk membuka jalan dengan menyingkirkan batu-batu yang menutupi pintu gua. Gina mulai panik. Ia berdoa agar ia bisa selamat. Selagi kedua pemuda itu mencoba untuk membuka jalan, Gina tiba-tiba berteriak kencang. Teriakan gadis itu mengalihkan perhatian kedua pemuda itu. Dan ternyata...
Pak Galang sudah dekat...
Dengan langkah perlahan, sang predator menekan ketiga anak muda itu. Gina tak henti-hentinya berteriak, membuat Rendra & Firman semakin tertekan. Tiba-tiba, sang predator terdiam. Dengan tatapan tajam, Buaya itu nampak sedang mengambil ancang-ancang....
![]() |
| ILUSTRASI |
"NUNDUUUUUKKKKKK!!!!!!"
BRRRAAAKKKKKKK!!!!!!!!
Dengan cerdik, ketiga anak muda itu mengelak terjangan Pak Galang. Pak Galang tak sengaja membuka jalan keluar bagi ketiga anak muda itu.
"AYO KELUAR!!!", komando Firman. Baru saja mereka menginjakkan kaki keluar dari gua. Pak Galang berbalik badan dan langsung menerjang mereka...
BLAARRRRRR!!!!!!
GRRROOOOAAAHHHHHHHH!!!!!!!
Tiba-tiba, sebuah ranjau tak sengaja terinjak oleh kaki belakang Buaya itu saat ia hendak menerjang mangsanya. Akibatnya, Buaya itupun hancur tubuhnya hingga berkeping-keping. Ya, terima kasih atas jebakan tak terduga itu. Dampak dari ledakan tersebut, darah dan daging predator itu menghujani Firman, Rendra & Gina.
".....Hah.....kita berhasil........kita selamat.......KITA SELAMAAAATTTTT!!!!!", akhirnya mereka selamat. Dan dengan begini, teror Buaya sudah selesai. Rendra berteriak kegirangan, Gina menangis bahagia dan Firman tersenyum lega,
"Kita berhasil.......kita berhasil....", ucap Firman, tiba-tiba sebuah lampu sorot menerangi mereka bertiga dari atas. Cahaya itu datang bersamaan dengan desiran angin kencang. Dan ternyata, itu adalah helikopter Angkatan Udara yang datang untuk mengevakuasi Firman, Rendra & Gina. Bersamaan dengan datangnya bala bantuan, sebuah pasukan Angkatan Darat datang dan mulai mengamankan perimeter.
Firman, Gina & Rendra diobati oleh petugas medis yang ikut dengan pasukan Angkatan Udara. Setelah itu, mereka dievakuasi dan dibawa ke tempat yang aman. Dalam perjalan,
"Ren?", panggil Firman pada Rendra,
"Hmm?", balas Rendra,
"Makasih.......berkat ketangguhan Kamu dan juga...keberuntungan Kamu...kita akhirnya bisa mecahin masalah ini...", Rendra tersenyum,
"Sama-sama, Man. Maafin kita...kalo suka ngebantah suruhan Kamu...harusnya.......Aku yang merasa bersalah atas kehilangan temen-temenku...Aku yang nggak bisa ngejaga mereka...", Firman terenyuh. Dia merasa agak kecewa karena harus kehilangan beberapa anggota timnya,
"....Ya....Aku.....minta maaf kalo.....selama tugas, Aku gak bisa ngelakuin itu dengan benar....", Rendra mengajak Firman untuk fist bump, Firman termenung melihat Rendra, sementara ia tersenyum lebar,
"....Santai aja...kita kan tim...", Firman ikut tersenyum dan membalas fist bump itu, tak lama, Gina yang sepanjang perjalanan tertidur di samping Rendra, menyandarkan kepalanya tepat di pundak Rendra. Rendra sedikit tercekat dengan rona merah di pipinya. Firman terkikik geli, disusul cengiran dari wajah Rendra.
Rupanya, helikopter itu membawa mereka bertiga tepat di tengah lapangan besar yang ada di kampungnya Rendra & Gina. Disana, para warga dan beberapa mobil Ambulans juga Kepolisian sudah menanti. Ketika Firman keluar dari helikopter yang sudah mendarat, ia disambut dengan sorak gembira dan tepuk tangan dari para hadirin di tempat. Bak pahlawan, Firman, Rendra & Gina mendapat sanjungan dan pujian dari para hadirin. Gina langsung mendapat pelukan hangat dari kedua orang tuanya, Firman mendapat pelukan dari Maria, sedangkan Rendra tidak mendapatkan apapun.
"Kamu gak apa-apa, Mar?", tanya Firman sembari melepas pelukan Maria,
"Ya, syukur kamu selamet"...
Setelah kejadian, Rendra mulai menjadi pemuda andalan warga kampung. Ia mulai dianggap sebagai pahlawan kampung. Tidak hanya ketenaran dan kepercayaan yang ia dapat, hatinya Gina pun berhasil ia rebut. Ya, mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih. Sementara itu, ketiga anak buah Pak Galang yang tertangkap mendapat hukuman 13 tahun penjara. Dalam masa persidangan, mereka menyebutkan kalau alasan utama Pak Galang melakukan teror itu hanya untuk mendapat 'kekuatan' dan meminta tumbal nyawa. Alasan mereka sangatlah tidak masuk akal, namun karena mereka sudah melakukan pembunuhan berencana dengan jumlah korban mencapai sekitar 60 orang, hukuman dengan durasi selama itu menjadi faktor utama mengapa mereka dipenjara selama itu...
===EPILOG===
Suatu malam di rumah Pak RT...
"Hhhh.....kacau-kacau........kenapa jadi begini sih jadinya?!", Pak RT tampak kesal atas sesuatu. Ia berjalan mondar-mandir sambil memegang pinggangnya, sesekali ia menyeka wajahnya dan menghempaskan tangannya dengan kesal, "Kalo begini....gimana Saya bilang sama Aki ya?", Pak RT terus menggerutu. Hingga...
TOK-TOK-TOK!!
"Sebentar! Duh siapa sih yang dateng malem-malem gi...", saat Pak RT membukakan pintu, ia terbelalak dengan kehadiran sesorang,
"Udah saatnya....kamu jadi yang selanjutnya.....", beberapa saat kemudian,
"Pak! Ini kopinya!", Bu RT datang dengan segelas kopi panas dengan nampan di bawahnya. Ia datang dari dapur ke arah ruang tamu, "Pak kok nggak........jawaaaab???", Bu RT tak sengaja menjatuhkan nampan dan membuat gelas berisi kopi itu pecah. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat....
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!"
Di kantor Polisi...
"Mar?",
"Apaan sih, Man?",
"Ehhh.....boleh nanya nggak?",
"Apaan?",
"Ish, jutek amat sih?",
"YAUDAH CEPETAN MAU NANYA APA?!",
"Idihh...malah ngegas Dia?",
"....Hhhhhh......Kamu mau nanya apa?",
"Nah gitu dong, kalo boleh tau.........yang nyimpen ranjau di deket gua waktu itu siapa ya?",
"Hah? Ranjau? Emang masih ada orang yang pasang begituan di jaman sekarang?",
"Yaaaa......gak tau sih. Aku sih mikirnya itu Kamu yang pasang",
"Halah, mana ada orang kayak gitu, Man. Palingan itu ranjau bekas jaman penjajahan aja kali?",
"Hmmmm......ya juga ya? Duh, kalo waktu itu gak ada ranjau, udah deh wassalam...",
"Hhhh....makanya...kalo shalat jangan buru-buru! Giliran udah salam langsung ngacir",
"Lho, Kamu tau darimana?",
"Ya iyalah orang liat dari jendela mushola",
"Oh...gitu ya? Hehehehe.....", itulah percakapan antara Firman & Maria soal ranjau penyelamat yang menolong nyawa Firman, Gina & Rendra dari terjangan Pak Galang...
END...








0 komentar:
Posting Komentar