7.1.19

S01E30 : Rahasia dibalik Kontrakan Part 2[END]


Well guys, this is the last episode of first season...
I would like to say thank you so much supporting me so far and hopefully this blog will be growing much better...
Enjoy the story...
And see you on the next story... 



Malam kesembilan...

Orang tuaku mengundang tetanggaku yang merupakan seorang Ustadz. Dari awal beliau masuk, ada hal yang membuatnya tidak nyaman. Ibu menceritakan semua hal yang terjadi pada Adikku. Pak Ustadz mengiyakan ucapan Ibu. Menurutnya ada energi negatif yang sulit dikeluarkan dari rumah itu.

Memang, beliaulah yang memimpin pengajian pada saat syukuran. Sedari awal beliau sudah tahu kalau ada yang tidak beres dengan kontrakan ini. Lalu beliau meminta sebotol air minum dan membacakan ayat suci. Beliau berpesan agar Adikku meminum air itu. Beliau juga mendoakan keselamatan keluargaku sebelum beliau pulang.
Selama seminggu terakhir, semuanya kembali normal. 

Di hari keenam belas tetangga sebelah baru saja kembali dari kampungnya pasca melahirkan. Ibu mengobrol dengan sang Istri, sebut saja Santi. Bu Santi bilang, 
"Tumben bu mau ngambil yang tengah", 
"Ya, habisnya yang sebelah penuh kata si Mbaknya", kata Ibu, 
"Lho, yang kanan itu kosong Bu. Perginya emang nggak bilang si Mbak", Mbak disini adalah sebutan bagi pemilik kontrakan, 
"Oh gitu? Saya nggak tahu. Terus, maksud Ibu tumben tadi apaan?", Bu Santi menjelaskan, 
"Selama saya disini cuma yang tengah aja yang nggak pernah diisi. Kalo yang kanan sih, emang suka gonta-ganti orang. Katanya kalo malem yang tengah ini suka rame", Ibu sedikit terkejut. Mengingat bahwa Adikku pernah mengalami kejadian aneh. 
"Rame apaan ya Bu?", Ibu mencoba untuk mengorek informasi dari Bu Santi, 
"Kurang tahu sih, Bu. Tapi kalau Suami saya katanya pernah liat kaya anak kecil di dalem. Itu waktu Suami saya mau masukin motor. Pas lagi kesorot lampu motor, kaya ada anak kecil aja gitu. Saya sebenernya pengen nanya ke si Mbak, cuma dia itu sibuk. Jadi nggak keurus ini kontrakan.", kemudian Ibu menceritakan pengalaman kami selama setengah bulan disini. Bu Santi mengingatkan agar selalu waspada. Terlebih keluarga si Mbak ini punya masalah yang rumit.

Jam 00:06...
TUK....TUK.....TUK....TUK.....TUK...
Kami sekeluarga terbangun oleh suara seperti kayu yang diketuk. Saat dilihat ternyata tidak ada apa-apa. Tiba-tiba....
Adik menangis kencang tanpa sebab. Dan... ada bekas cakaran di tangannya. Juga kakinya muncul warna merah dan seketika dia demam. Tangisan Adik membuat anak bayi Bu Santi terbangun. Itu bisa didengar dari suara tangisan bayi.

Jam 02:42...
Semua sudah tenang. Bapak tidur di sofa sementara Ibu di kamar bersama Adik.
TUK....TUK.....TUK....TUK.....TUK...
Bapak langsung terbangun. Suaranya dekat sekali. Bapak mengecek bagian bawah sofa, namun tidak ada apa-apa. Suara ketukan itu tidak berhenti. Sampai-sampai Aku dan Ibu kembali terbangun. Kami bertiga masih mendengar jelas suara ketukan itu. Kesan horor menyelimuti rumah kontrakan. Kami tak henti-hentinya membacakan ayat-ayat suci. Hingga akhirnya suara ketukan itu hilang...
"Hehehehe...", suara Adikku seperti waktu itu terdengar lagi. Kami melihat Adik duduk di kasur dengan wajah senang..... dan tatapan mata yang kosong. Perlahan-lahan raut senang itu memudar.......dan.........

































"AAAAAAAAHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!", Adikku mulai berteriak tanpa sebab. Ibu tak kuasa menahan air mata khawatir. Bapak sebisa mungkin melakukan ruqyah kepada Adik. Namun pengaruhnya sangat kecil. Dengan inisiatif aku berlari keluar rumah menuju rumah Pak Ustadz. Akhirnya Pak Ustadz datang dan singkat cerita keadaan kembali kondusif. Kata Pak Ustadz, ternyata ada sosok anak-anak yang tidak suka dengan kehadiran kami. Dan sosok itu tidak mau pergi sebelum semua penghuni kontrakan pergi. Saat ini, Pak Ustadz hanya mengurungnya ke dalam wadah kecil menyerupai botol. Setelah pembacaan doa Pak Ustadz pamit pulang sambil membawa 'Sarah'

Pagi harinya, keluargaku dan keluarga Bu Santi mendatangi kediaman si Mbak. Beruntung dia ada di rumah. Kami semua datang untuk minta pamit dan pindah ke tempat yang baru. Si Mbak memohon dan memelas agar kami tidak pergi. Hanya itulah satu-satunya peninggalan Almarhumah Ibunya. Tanpa kontrakan itu, dia tidak punya penghasilan lagi. Pasalnya dia tinggal sendiri bersama pembantunya saja. Suami, Anak-anak dan keluarganya meninggalkan si Mbak sendiri. Hal tersebut ada hubungannya dengan Almarhumah Ibunya.

Dulu kontrakan itu dipegang oleh Ibu si Mbak. Si Mbak ini hidupnya penuh dengan kemewahan. Akibatnya, ia menjadi sombong. Ia sejalan dengan Ibunya. Tetapi, sikapnya itu membuat ia ditinggalkan oleh keluarga, Suami dan Anaknya. Dia sempat mengatakan bahwa dia tidak membutuhkan mereka lagi sesaat sebelum keluarga tercintanya pergi. Meninggalkannya berdua bersama sang Ibu. Suatu ketika, si Mbak pernah dijanjikan bisnis dengan keuntungan besar oleh temannya. Puluhan hingga ratusan juta rupiah telah ia keluarkan. Alih-alih mendapatkan keuntungan malah mendapatkan kerugian. Dia ditipu. Temannya ini pergi menghilang tanpa jejak. Kabar itu sampai di telinga sang Ibu dan membuatnya sangat sedih. Saking sedihnya ia tidak mau makan dan minum. Bahkan keluar kamar pun tak mau. Hingga suatu saat ia pergi menuju kontrakan dan tak pernah kembali lagi.




















Ya, maksudku adalah.....
Dia mati bunuh diri tepat di kontrakan bagian tengah. Tempat tinggalku. Si Mbak menceritakan semuanya sambil berlinang air mata. Tak henti-hentinya ia meminta maaf kepada kami seusai bercerita.

Akhirnya aku dan keluargaku pindah ke rumah Bibi di luar pulau. Ya, meskipun jauh tapi setidaknya kami bisa terbebas dari Sarah.













Soal Sarah, kebetulan nama Almarhumah Ibunya si Mbak adalah.......
Sarah.....
Dan soal wujudnya yang berupa anak-anak.....













Sampai saat ini aku masih tidak tahu...
Hehehehe....

0 komentar:

Posting Komentar