Hi Guys! Apa kabarnya saat ini? Mudah-mudahan baik-baik saja. Dan gimana puasanya? Mudah-mudahan berjalan lancar sampai di penghujung Ramadhan. Oh ya, ane ucapin selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita diberikan kekuatan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah baik puasa Ramadhan maupun amalan lainnya.
So, ini dia episode kedua dari season ketiga...
Selamat membaca...
"Semuanya udah siap?", tanya salah seorang pemimpin mereka. Anggotanya mengangguk, "Kita mulai pencarian ini..."...
Beberapa saat sebelumnya...
Pasca pemberitahuan dari Pak RT, semua warga kembali melakukan aktivitasnya. Dan tak lama, sebuah mobil patroli Polisi datang ke rumah Pak RT.
"Ini rumahnya, Mas Rendra?", tanya seorang Polisi muda bernama Firman,
"Ya, Mas. Ini rumahnya", sebenarnya udah jelas di depan pintu rumahnya ada tulisan "RUMAH KETUA RT".
TOK-TOK-TOK!!
"Permisi?...",
TOK-TOK-TOK!!
"Permisi?..", tiba-tiba,
"Tolong Pak Polisi.... jangan tangkap Suami Saya...*hiks*.. Suami Saya bukan penjahat Paaaakk....Huuuu",
"Ehhh, Bu RT?...Bu RT?...", Bu RT terus menangis,
"BU RT!!!",
"Eh, iya?",
"Saya disuruh Pak RT panggil Polisi Bu! Bukannya mau nangkep Pak RT!", bentak Rendra,
"Oh", jawab si Ibu nomor satu di kampung dengan polosnya,
"Ada apa ini ribut-ribut?", Pak RT keluar dari rumah, "Ooohhh, Rendra rupanya, sini masuk! Mas sama Mbaknya juga mari masuk!", Rendra, Firman dan anggota Polisi Wanita bernama Maria masuk ke dalam rumah Pak RT, "Bu? Ibu kenapa sih, malu-maluin Bapak aja?",
"Ehe...Ibu kira Bapak mau dibawa ke kantor Polisi, Ibu mikirnya kesitu, hehe...",
"Hhh...Ibu ini gimana sih? Ya udah sediakan minum sana!",
"I..iya Pak!", Bu RT masuk ke rumah, tepatnya ke dapur.
"Jadi gimana, Pak? Apa ada perkembangan? Tadi, saudara Rendra sudah menceritakan kronologis kejadian hilangnya 57 warga kampung Bapak", kata Firman,
"Oh ya, kebetulan juga Mas sama Mbak dateng. Beberapa saat yang lalu, korbannya bertambah jadi 58 Pak", Rendra terkejut,
"Siapa orangnya Pak?!",
".....si Marwan...",
"TIDAAAAAAKKK!!!!", situasi rumah Pak RT mulai gaduh,
"Kenapa Ren? Ada apa? What happen?",
"Dia pinjem sendal Saya....", 😑😑
"Haduh... gara-gara sendal doang sampe segitunya Kamu?", kata Pak RT,
"Itu sendal Saya satu-satunya Paaaakk.....",
"Lah terus itu Kamu pake sendal siapa?", Rendra kelihatan gugup,
".........I..ini.....s.s.s-s-s-s..sendal musholla Pak...",
"UWOOOHHH!!! JADI KAMU YANG NGAMBIL SENDAL MUSHOLLA HAH?!! PANTES AJA DICARI-CARI NGGAK ADA!!",
"Ekhemm!!!", dengan satu deheman, pertikaian RT dan warganya bisa dihentikan oleh seorang Polisi muda, "Maaf ya Bapak-bapak? Kami disini untuk menyelidiki kasus hilangnya warga, bukan untuk mendengar permasalahan pribadi Bapak-bapak, ya?", ucap Firman sambil tersenyum. Walau dalam hatinya Dia merasa terganggu,
"Ehehe... I..iya, Pak. Maaf",
"*ekhemm*....Jadi....tadi menurut Pak RT, korbannya bertambah satu orang. Terus, apa Bapak tau apa penyebabnya?",
".....Ya...Saya sih cuma mau menyampaikan saja, terserah Mas sama Mbak mau percaya atau nggak......", ketiga tamu Pak RT menunggu jawabannya, "....Semoga Mas sama Mbak bisa memakluminya....",
"Ya Pak, silahkan...",
"........ Mudah-mudahan alasannya bisa diterima....",
"Ya elah Pak, ngomong aja susah amat?!!", Rendra benar-benar kesal karena tak kunjung mendapat jawaban sebenarnya,
"Hehehe...maaf........ penyebab semua ini....",
Di dalan ketenangan air Danau......
Tiba-tiba airnya beriak......
Menandakan adanya sesuatu di dalam air......
"Buaya?", tanya Firman,
"Ya...Buaya. Yang jelas, bukan buaya darat", sebuah jokes garing dari Pak RT,
"Ngomong-ngomong...... darimana Bapak tau itu buaya?", tanya Maria,
"Ah, kebetulan... tadi kan Saya bilang kalo korbannya nambah satu? TERUS NGAPAIN IBU NANYA LAGI?!",
"Sabar Pak, Sabar...", Rendra menenangkan Pak RT,
"....Oh iya ya? 😅 Saya lupa", Firman cuma bisa facepalm. Dia ngomong,
"Ya udah. Sekarang, kita pergi ke muara buat nyari hewan itu. Tapi, kayanya kita butuh bantuan dari warga juga. Mungkin seseorang yang...",
"Bad ass?", ada orang lain yang ngomong dari luar rumah Pak RT. Seorang pemuda yang mengenakan tank top abu-abu dan celana jeans hitam. Rambut bersurai kayak singa warna hitam,
"Wah... kebetulan kamu datang, To. Haha... silahkan masuk", pemuda itu dipersilahkan masuk sama Pak RT. Dia langsung duduk di sofa,
"Ada apa nih?", tanyanya,
"Ehhh....Mas sendiri....siapa ya?", tanya Maria,
"Ahhh... kebetulan Mbak yang nanya. Kenalin, Saya Leto. Pemuda paling hebat di kampung ini", di dalam hati, Rendra ngerasa dongkol,
"Alah...Gua juga bisa...Dasar tukang tebar pesona!", katanya dalam hati,
"Oh, Saya Maria. Ini...rekan Saya...Firman..",
"Halo", Firman dan Leto berjabat tangan,
"Ada perlu apa...Mas sama Mbak kemari ya?", tanya Leto. Firman dan Pak RT menjelaskan semuanya. Leto bilang, "Oke! Kalo gitu, Mas Firman sama Mbak Maria ikut Saya! Saya bisa bantu kalian",
"Oke kalo gitu, berarti....ada 4 orang yang bakalan ikut...",
"Bentar!", Rendra memotong omongan Firman, "4 orang siapa aja?",
"Kamu, Leto sama Polisi ini, Ren", tutur Pak RT,
"Oh...😅😅 Anu....S-s-s-saya.....Mmm....",
"HEI! JANGAN BILANG KAMU NGGAK MAU IKUT HAH?!", Pak RT terus-terusan ngomelin Rendra. Dan akhirnya, Dia pun ikut juga,
"Oke kalo gitu. Kita ke muara sekarang!"
Kini, 4 orang pembasmi bahaya akan mengarah ke muara sungai. Namun, ketika baru saja berjalan selangkah,
"Tungguuuuu!!!", sekelompok anak muda menghampiri tim Firman. Bersama mereka ada Don,
"Woi, Don! Ngapain Kamu kemari?", tanya Rendra,
"Hhh...Hhh...Hhhh....Kita... anak-anak Karang Taruna...juga mau ikut bantu kalian..", bersama anak-anak Karang Taruna, jumlah mereka jadi 12 orang.
Ada 8 orang anggota Karang Taruna, terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Mereka adalah Don, Yama, Fendi, Wayan, Apri, Tata, Ema dan Gina. Setelah mendapat persetujuan dari Pak RT, mereka OTW ke muara.
Singkatnya, tim itu sampai di muara. Don sebagai saksi kunci memberitahu Firman dan Maria letak dimana temannya, Marwan, dimangsa buaya. Belum lagi, soal mitos pulau Buaya yang ada di ujung sungai. Menurut penuturan warga yang disampaikan oleh Don, disitulah sarang buaya tersebut. Firman menginstruksikan yang lainnya untuk pergi ke pulau tersebut. Setelah mereka menemukan perahu...
"Mau kemana kalian?", seorang pria paruh baya berpakaian pangsi tiba-tiba muncul dari belakang,
"Oh, maaf. Ini dengan Bapak siapa kalo Saya boleh tau?", tanya Firman,
"Panggil Saya, Galang. Saya penjaga muara sekaligus sungai ini. Ada perlu apa kalian kemari?", tanya Pak Galang,
"Eeehhh...begini Pak, Saya minta maaf sebelumnya kalau belum izin sama Bapak. Saya...disini cuma mau... menginvestigasi kawasan muara. Kebetulan, Saya sama rekan Saya ini... seorang Polisi suruhan Pak RT...",
"Ooohh... terus-terus?",
"Yaa... menurut laporan...sudah ada 58 jiwa yang menjadi korban, Pak. Katanya... korban... tewas dimangsa buaya, Pak", mata Pak Galang terbelalak. Sepertinya Dia terkejut dengan penuturan Firman,
"Hmmmmmm..........banyak juga ternyata...kalau begitu....Saya serahkan semuanya kepada kalian. Asalkan....kalian semua berhati-hati", pesan Pak Galang,
"Baik, Pak. Kami...akan melakukan tugas ini dengan baik",
"Baiklah...kalian boleh pergi sekarang...", pergilah tim itu meninggalkan Pak Galang di tepi muara. Mereka memakai 3 buah perahu, dimana satu perahu terdiri dari 4 orang.
Disinilah teror bermula...






0 komentar:
Posting Komentar