Warning!
Cerita ini mengandung unsur gore. Disarankan untuk pembaca 18+ atau dalam bimbingan orang dewasa. Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang umum terjadi. Dimohon kebijaksanaanya...
Selamat membaca...
Namaku Reza (bukan nama sebenarnya). Aku tinggal di dekat perlintasan kereta api di sekitaran Jl. Siliwangi, Cimahi, Jawa Barat. Bagi sebagian orang, perlintasan kereta api bisa menjadi sesuatu yang menyebalkan atau mematikan. Hal yang menyebalkan dari perlintasan kereta api biasanya suaranya yang bising dan bagi pengendara kendaraan bermotor adalah ketika harus menunggu hingga kereta lewat. Dan dampak dari hal tersebut bisa menimbulkan kematian. Ya, kalian tahu sendiri.
Suatu hari, Aku sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Sebagai penghuni rumah dekat perlintasan KA, sudah harus ekstra sabar dan hati-hati di jalan. Tapi waktu itu, macetnya lama sekali. Aku kesal karenanya. Terlebih, Aku sudah lapar. Aku langsung melaju seperti ular. Meliuk-liuk di tengah kemacetan. Saat sampai di depan perlintasan....
Aku lihat seseorang tergeletak di tengah rel bersimbah darah. Tubuhnya terbelah dua, tangannya tersisa satu. Mukanya hancur dan tidak berbentuk. Bukan hanya itu, jeroannya terlihat jelas. Sepertinya, dia mati disambar kereta. Melihat penampakan mayat itu membuatku kenyang.
Singkat cerita Aku sampai di rumah dengan selamat. Lalu, Aku ceritakan kejadian itu pada Ibuku. Ibu menasihati Aku agar selalu hati-hati di perjalanan. Selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar selalu berada dalam lindungan-Nya. Di sore hari, Aku dan teman-temanku pergi ke daerah perlintasan untuk mencari batu rel. Kami membuat kerajinan tangan dari batu rel. Lumayan untuk menambah uang jajan. Di tengah pencarian, tiba-tiba kami mencium bau busuk yang menyengat. Kami pun penasaran. Kami langsung mencari sumber baunya. Sekitar 600 meter ke depan...
Kami menemukan sumber bau itu. Asalnya dari....
Potongan kaki dan tangan mayat...
Terkejut? Sama... Aku juga. Aku menduga kalau potongan tubuh itu milik korban kecelakaan tadi siang. Untungnya, kami punya kenalan petugas KAI. Jadi kami bisa melaporkan penemuan ini. Namanya Rama (bukan nama sebenarnya). Karena ia lebih tua dari kami, maka kami memanggilnya Aa'. Si Aa' datang bersama rekannya dan segera membawa potongan tubuh itu. Dia berterima kasih kepada kami atas penemuan ini. Sebagai imbalannya ia akan traktir bakso. Lumayan dapet bakso gratis hehehe....
Sepulang dari makan bakso, Aku dan teman-temanku langsung membuat kerajinan. Biasanya, kami membuatnya di rumah Paman temanku. Panggil saja Mang Bayu (bukan nama sebenarnya). Kami terlalu sibuk membuat kerajinan sampai kami lupa kalau jam sudah menunjukkan pukul 01:06 malam. Karena terlanjur, kami memutuskan untuk menginap di rumah Mang Bayu. Mang Bayu ini seorang duda. Jadi dia memiliki beberapa kamar kosong untuk ditempati. Kami sudah lelah dan mengantuk. Kami bereskan alat kerja dan segera menuju kamar.
TOK...TOK...TOK...TOK...TOK...TOK.
"Siapa Mang?", tanya temanku Ardi (bukan nama sebenarnya),
"Jangan! Jangan dibuka! Biarin aja", Mang Bayu melarang kami untuk membukakan pintu.
TOK...TOK...TOK...TOK...TOK...TOK.
Jujur, Aku penasaran. Siapa yang mengetuk pintu, ya?
02:45 WIB
Temanku yang sekaligus keponakan Mang Bayu yang bernama Irfan (bukan nama sebenarnya) terbangun dari tidurnya karena kebelet pipis. Setelah lega....
TOK...TOK...TOK...TOK...TOK...TOK.
"Ya bentar!", Irfan dengan polosnya membukakan pintu...








0 komentar:
Posting Komentar