5.2.19

S02E12 : Tak Pernah Dilahirkan Part 3 [END]


Sekarang...
Misteri...
Akan..
Terungkap...




Desember 1985,
Namaku Ira...
Aku baru memulai tahun pertama di kampus. Setelah melewati masa orientasi yang melelahkan, akhirnya Aku bisa menjadi seorang mahasiswi baru. Aku senang bisa bertemu dengan orang-orang baru. Mereka semua baik dan ramah. Aku rasa, memang seperti ini ciri khas orang-orang Bandung. Oh ya, asal kalian tahu? Aku seorang pendatang baru dari Jakarta. Orang tuaku baru saja pindah ke Bandung untuk kepentingan dinas. Ya, Aku adalah anak dari seorang tentara. Lebih tepatnya Ayahku.

Kehidupanku awalnya biasa-biasa saja. Namun, semenjak Aku bertemu Reno, hidupku terasa berwarna. Dia adalah orang pribumi asli. Aku akui dia tampan. Bukan hanya itu, menurutku dia berbeda dari yang lain. Aku sendiri tidak bisa menjelaskan kenapa Aku menyukainya. Beberapa kali ia menanyakan hal itu kepadaku, Aku tidak bisa mengatakannya. Yang jelas, dia tidak memiliki sifat buruk.

Februari 1989,
Reno mengajakku ke suatu tempat di Bandung. Aku tidak tahu persis apa namanya. Tapi yang jelas, tempatnya bagus sekali. Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya?
Dia... melamar ku. Tentu saja Aku menerimanya. Setelah selama 4 tahun berpacaran, akhirnya Reno mengajakku ke jenjang hubungan yang lebih serius.
Setelah lulus kuliah, kami menabung untuk biaya pernikahan. Dan setelah setahun lamanya, kami bisa melangsungkan pernikahan.

Januari 1991,
Setelah menabung selama kurang lebih 2 tahun, akhirnya kami bisa membeli rumah kami sendiri. Disinilah, kehidupan kami yang sebenarnya dimulai.
Selama bertahun-tahun, Suamiku terus bekerja keras untuk bisa menghidupi keluarga. Dan dengan kerja kerasnya pun, kehidupan kami serba tercukupi.
Namun....satu hal yang masih kurang....

Anak...
Ya, selama hampir 7 tahun pernikahan kami belum direstui anak. Sampai suatu ketika, Ayah mertuaku datang dan memberi kami sebuah air minum yang 'di do'akan'. Suamiku mempercayai hal tersebut, sedangkan Aku sendiri menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.

Maret 1997,
Aku tidak menyangka kalau ini akan menjadi hal yang luar biasa dalam hidupku.
Aku...hamil...
Ya, akhirnya kami akan segera dikaruniai anak. Setiap bulan, Aku selalu memeriksa keadaan kandunganku. Untungnya keadaannya baik-baik saja. Dan yang paling mengejutkan, Aku akan punya anak kembar. Ya, awalnya Aku tidak percaya. Namun setelah hasil USG menyatakan demikian, Aku pun merasa sangat senang.

Rumah yang Aku beli memiliki 2 lantai. Tadinya, kami memakai kamar di lantai bawah. Semenjak kehadiran si kecil, kami memindahkan kamar kami ke sebuah kamar kosong di lantai dua. Letaknya bersebelahan dengan gudang barang. Barang-barang itu merupakan barang-barang kami yang sudah tidak terpakai. Aku yakin, suatu saat nanti akan berguna. Dan oleh sebab itu kami menaruhnya.

September 1997
Usia kandunganku akan memasuki usia ketujuh. Aku jadi semakin tidak sabar untuk segera melihat mereka. Mertuaku sering memberitahuku soal 'pamali' Ibu hamil. Terlebih karena Aku sedang hamil tua. Sebenarnya, Aku tidak percaya dengan hal seperti itu. Tapi karena Aku menghargai mereka, jadi Aku ikuti saja kemauannya.

Satu malam, Aku tengah menonton televisi sendirian. Sembari menunggu Suamiku pulang. Mertuaku bilang, kalau Ibu hamil sedang sendirian harus membawa benda-benda yang mengkilap dan tajam, seperti gunting kuku, gunting, bahkan katanya sampai paku pun dibawa. Nah sekarang, bagaimana jika Aku tidak melakukannya? Lagipula, hal buruk apa yang akan terjadi jika Aku mengabaikan hal tersebut?

Di tengah kesendirianku....
Samar-samar aku mendengar tangisan seseorang. Suaranya berasal dari lantai dua. Aku dekati sumber suara itu. Saat sudah dekat dengan gudang, Aku bisa mendengar kalau suaranya berasal dari dalam. Aku buka pintu gudang......





























Dan tidak ada siapa-siapa...
Begitu juga dengan suara itu....hilang begitu saja...
Aku berjalan kembali menuju ruang tamu di lantai bawah....














Sebentar.... apa Aku tidak salah lihat?
Aku berjalan mundur menuju kamar.... Aku seperti melihat seseorang sedang duduk di atas kasur...
Saat Aku cek, rupanya tidak ada seorangpun disana....
Lupakan hal itu, Aku mau kembali menonton televisi....













































"Mana anak saya???", Aku dengar jelas seorang wanita bertanya kepadaku. Suara itu datang dari belakang. Aku membalikkan badan dan melihat seorang wanita muncul begitu saja. Dia mengenakan gaun berwarna hitam dengan baju lengan panjang warna putih sebagai dalaman. Rambut panjangnya menutupi wajahnya. Aku terkejut dengan kedatangannya. Darimana wanita itu datang?,
"Kembalikan anak saya... Kembalikan anak saya...", Dia mengulangi kata-kata tersebut sambil bergerak mendekatiku. Aku yang ketakutan pun hanya bisa melangkah mundur. Sampai akhirnya.....

















































"KEMBALIKAN ANAK SAYA!!!!", dia menampakkan wajahnya yang mengerikan. Pucat, bermata merah dan dipenuhi luka. Aku menjerit dan berlari keluar rumah. Sampai-sampai, Aku menabrak seseorang,
"Neng kenapa?", ternyata itu Suamiku. Aku segera memeluknya. Lalu, Aku ceritakan semuanya. Saat kami melihatnya, wanita itu menghilang. Seolah tidak terjadi apa-apa.

Seperti malam-malam sebelumnya, Aku kesulitan untuk tidur. Ya, wajar lah namanya juga Ibu hamil. Aku merasa keringat dingin membasahi tubuhku. Aku coba mencari posisi yang nyaman untuk tidur.


















Sebentar, apakah ini....tangan Suamiku? Rasanya seperti seseorang sedang menyentuh perutku....
Aku membuka mataku......















































"KEMBALIKAN ANAK SAYA!!!!", Aku terbangun dari tidurku. Begitu juga dengan Suamiku. Dia berusaha untuk menenangkanku. Aku benar-benar tidak bisa tidur malam itu.
Hingga pagi harinya, Aku masih terjaga dan tidak tidur sama sekali. Di saat itu juga, Suamiku meminta orang tuanya untuk menemaniku selama ia bekerja.

Setelah Suamiku pergi, Aku ceritakan semua yang kualami semalam. Termasuk ketika Aku mengabaikan perkataan mertuaku. Mereka tampak khawatir, terlebih setelah sosok itu sudah menyentuh perutku. Ayah mertuaku membuatkan air do'a agar anakku baik-baik saja.

Setelah Suamiku pulang, mertuaku bilang kalau mereka benar-benar khawatir kepadaku. Mereka meminta agar mereka tinggal di rumah kami sampai Aku melahirkan. Namun, Suamiku menolak dengan alasan tidak mau merepotkan mereka. Mertuaku hanya bisa mendoakan agar kami baik-baik saja.

Oktober 1997,
Beberapa hari setelah kejadian itu, Aku sedang beres-beres rumah. Saat sedang beres-beres...
Kenapa ada air mengucur diantara kakiku ya? Seperti habis mengompol di celana. Tiba-tiba, perutku merasakan sakit yang luar biasa. Beruntung, di saat yang tepat, Ibu mertuaku datang menjenguk. Dan langsung saja Aku dilarikan ke RS.
Sesampainya di RS, dokter bilang kalau air ketuban ku pecah. Jadi mau tidak mau Aku harus melahirkan dengan cara operasi. Singkat cerita, proses kelahiran pun berjalan dengan lancar. Namun, hanya satu dari anak kembar ku yang selamat. Sang Kakak berhasil selamat, sedangkan Adiknya tidak. Aku berhasil melahirkan seorang anak perempuan. Sedangkan anak laki-laki ku satu-satunya meninggal di dalam kandungan. Tadinya, Aku sudah menyiapkan nama untuk mereka seandainya mereka berdua lahir dengan selamat. Tapi apalah daya, Tuhan berkehendak lain.

Anak perempuanku tumbuh dengan baik. Dia tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar. Setiap menjelang hari ulang tahunnya, Aku selalu merasa... ada seseorang yang hadir bersamanya. Di saat itu pula, dia sering menangis bahkan berteriak ketakutan. Bagiku, itu adalah hal yang wajar. Terlebih dia lahir bersamaan dengan Adiknya. Kalian tahu? Anakku itu, diganggu oleh Adiknya yang tidak pernah dilahirkan. Kalau saja Adiknya lahir, mungkin dia akan sama jahilnya dengan kelakuan arwah ini. Dan semenjak itu, Aku tidak ingin punya anak lagi.














Oh ya, Aku belum memperkenalkan anak-anakku. Aku menamai anak perempuanku Isyani Sulistyaningsih. Sedangkan sang Adik, Aryan Sudjana.






















































"Jadi gitu neng, ceritanya. Sekarang neng udah tau kan?", 
"Mmm... Iya Mah. Sekarang Neng tau kenapa Mamah sama Papah gak mau ngasih Neng Adek",
"Syukur...kalo Neng udah paham mah..", kata Papah. Di pojokan ruang tamu, Aryan Adikku tersenyum kepadaku,
"Sini, Dek! Sini sama Teteh!", Dia lari ke Aku, terus Dia meluk kaki Aku,
"Ih, ari Neng kunaon? (Ih, Neng ngapain?)", tanya Mamah,
"Kamu manggil saha? Jiga nu bungah kitu? (Kamu manggil siapa? Kayanya seneng banget?)", Papah nanya gitu. Mereka gak bisa liat Aryan. Bentar... bukannya tadi Mamah bilang Dia bisa liat?
"Ini...si Aryan. Dia lagi meluk kaki Neng",
"Hehehe...", tiba-tiba ada suara ketawa anak kecil. Mamah sama Papah langsung shock,
"Ih, saha nu seuri? (Ih, siapa yang ketawa?)", tanya Papah,
"Jadi merinding gini, Pah", kata Mamah,
"Mah, Pah, ulah sieun (jangan takut). Aryan mah teu ngaganggu (tidak mengganggu)", sekarang si Adek pindah jadi meluk kaki Mamah,
"AAHH!! Ieu saha? (Siapa ini?)", Mamah ngerasa ada yang megang kakiknya. Aku tenangin Dia,
"Udah Mah, ulah sieun (jangan takut). Teu nanaon (Nggak apa-apa)... Mamah tenang...", Mamah mulai ngatur nafas, "Tenang...", Dia mulai bisa mengontrol diri. Si Adek awalnya ikut kaget waktu Mamah menjerit, pas udah tenang, Dia ikut tenang...terus...
"Mamaaaahhh....", Aaaaaa...so sweet...gak sadar Aku sama Mamah mulai menitikkan air mata,
"Heheh...naha careurik kieu? (kenapa jadi pada nangis gini?)", Papah nanya sambil senyum,
"*hiks* Ah, teu nanaon (nggak apa-apa)...", tiba-tiba,
"Eh! Naon ieu?! (Apaan nih?!)", Si Adek pindah ke Papah,
"Ai Papah, eta si Aryan hoyong ka Bapana! (itu si Aryan pengen ke Bapaknya!)", Papah kayak yang canggung gitu. Terus Dia nanya,
"Cing ari bujurna nu mana? (Coba cariin pantatnya yang mana?)", Aku sama Mamah ketawa, "Eee... ngadon sareuri (malah ketawa), serius Papah mah. Naha seuri sagala? (Kenapa mesti ketawa sih?)",
"Nya atuh (Ya deh)", Aku bantu gendong Aryan. Aku tempatin Dia di pangkuan Papah,
"Eh!",
"Gimana, kerasa gak?", Papah ngusap punggung Aryan,
"Papaaahhh....", Papah kaget waktu denger suara Aryan. Lama-lama...ekspresi berubah. Mukanya tenang...banget,
"Sini...", Papah ngajak Aku sama Mamah buat deketan. Kita pelukan sekeluarga...




Ilustrasi





























Oh ya, ini foto yang Aku temuin di gudang waktu itu...


Gimana? Suka nggak fotonya?
Mudah-mudahan kalian suka ya?





































Eh...baru inget...
Siapa ya Hantu cewek yang nyerang Aku tadi?

Mungkin, orang yang meninggal di sekitar rumah waktu dulu. Aku pikir sih gitu.... Tapi sampai sekarang... masih jadi misteri...


















































































































0 komentar:

Posting Komentar