"MA!! EMA!!",
"FENDIII!!!!......FENDI! EMA! DIMANA KALIAN?!!", Pencarian Ema dan Fendi berlanjut. Firman dan Maria terus berlari dengan kecepatan tinggi. Semakin jauh mereka berlari, semakin jauh mereka memasuki pedalaman hutan...
"Dooooonnnnnn!!!......Tataaaaaa!!!!!!.....", disaat kedua Polisi itu dengan cepatnya mencari, Rendra dengan langkah malas mencari kedua temannya, "Duhhhh.....mana udah capek lagi?....Mereka Polisi enak banget....sementara Aku? Cuma pemuda kampung yang jadi pembantu RT doang....Hhhhhhh......", keluh Rendra. Tiba-tiba, "Eh, apa ini?",
SYUTTT!!!
JRAKKKK!!!
Sebuah anak panah melesat tepat ke arah Rendra. Beruntung anak panah itu tidak mengenainya. Rendra syok setengah mati melihat jebakan mematikan itu. Dia beranjak dari tempatnya dan segera melarikan diri.
Di tempat lain...
"FENDIIII!!!!.....Fen nggak lucu Fen! Keluar SEKARANG!!!", Ema terus berusaha untuk mencari Fendi. Bantuan untuknya belum datang juga, Fendi pun belum menunjukkan batang hidungnya. Beberapa saat kemudian...
"Eh-eh....", Ema nyaris terperosok ke jurang. Di bawah jurang, nampak seperti bekas benda atau seseorang yang jatuh. Ema melihat ke bawah jurang. Rasa penasaran bercampur dengan rasa takut di dalam dirinya.
"Fen?...Fendi??", Ema memanggil Fendi sembari melihat ke bawah jurang. Karena rasa penasarannya lebih besar dari rasa takutnya, perlahan Dia menuruni jurang. Ternyata, jaraknya tidak begitu jauh. Namun, cukup sulit bagi Ema untuk bisa naik kembali. Setelah bersusah payah turun ke bawah...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!",
"Mar? Kamu denger?", tidak jauh dari situ, Maria dan Firman berada dekat dengan suara teriakan Ema. Kedua Polisi itu bergerak cepat. Dan tidak sampai semenit, mereka sudah berada di atas jurang,
"Waduh, jurang nih Man. Gimana nih?", tanya Maria,
"...Bentar....EMAAAAA!!!!!",
"TOLOOOOOONNNNGGGGGGG!!!!!!!", suara minta tolong muncul dari bawah jurang,
"Ayo Mar!", Maria dan Firman meluncur ke bawah jurang. Sesampainya di bawah...
BRAKK!!
"Hah..Hah...capeeeeekkkkkk.......mana si Don sama si Tata belum ketemu lagi?...", Rendra merebahkan tubuhnya ke tanah.
Dia sudah sangat lelah berlari dan menghindari jebakan yang ia picu. Ya, itu bisa dilihat dari banyaknya anak panah, gelondongan kayu besar berduri dan lubang di tanah dengan ranjau di bawahnya sepanjang jalan yang dilalui Rendra. Kalau dibandingkan Don, Rendra yang paling banyak memicu jebakan. Nampaknya, ia telah memicu semua jebakan yang ada. Tapi, dari segi kecepatan, Rendra jauh lebih cepat daripada Don. Ya, Dia berhasil melewati jalan penuh jebakan itu dengan berlari tanpa melihat ke belakang. Sedangkan Don dan Tata, berjalan perlahan. Dan Rendra, berhasil tanpa terluka sedikitpun. Tidak seperti Don dan Tata (Seperti halnya di episode sebelumnya).
Setelah bernafas lega sesaat...
"Eh? Apaan nih?", Rendra menyentuh sebuah cairan di tanah. Dia cium aromanya, "Darah...", Rendra langsung bangkit. Dan ia melihat...
"EMA?!",
"Firman, Maria? Tolong!!", Ema menunjuk ke depan.
![]() |
| Ilustrasi |
Maria dan Firman terbelalak melihat sepasang kaki manusia muncul dari permukaan tanah yang terlihat seperti semen. Firman langsung berlari ke arah kaki tersebut dan bergegas menarik kaki itu. Maria langsung membantu Firman dari belakang. Sementara Ema, nampaknya masih syok dengan apa yang ia lihat. Kedua Polisi itu berusaha sekuat tenaga menarik tubuh seseorang yang terisap ke dalam tanah itu. Perlahan, tubuh itu mulai terangkat. Dan barulah diketahui kalau itu adalah tubuhnya...
"DOOOOONNNNN!!!!!!!....TATAAAAAAA!!!!!!!", di tempat lain, Rendra melanjutkan pencariannya. Bermodalkan jejak darah yang berceceran sepanjang jalan, Rendra mengikutinya. Tak peduli apakah itu adalah jalan yang terjal ataupun yang curam, Rendra dengan gigih mencari keberadaan temannya. Selang beberapa saat...
SRAKKK!!!
"Ayo cepet, Na! Sebelum Dia datang!",
"Pelan-pelan, To. Aku gak sanggup lari la...",
"Udah Ayo!!", sepasang anak muda tengah berlari dari kejaran seseorang sambil berpegangan tangan. Sang pemuda berlari dengan sebilah belati di tangan, menebas setiap dahan dan semak yang menghalangi jalannya. Mereka berdua adalah...
"Don! Tata!",
"Ren!!!", akhirnya Rendra berhasil menemukan Don dan Tata,
"Akhirnya kalian ketemu juga...", kata Rendra dengan nafas terengah-engah,
"Aku Oke......tapi......", wajah Tata sangat pucat. Matanya tertutup dan badannya mulai gemetaran. Luka di kakinya menjadi pemicunya. Hanya dedaunan yang membalut lukanya, namun itu masih belum cukup,
"Kita harus bawa Tata sekarang!",
"Kemana Ren? Justru Aku lagi nyari-nyari tempat biar bisa ngobatin si Tata. Pokonya, kita harus cari si Firman", kata Don,
"Kamu tenang aja. Aku bakalan hubungin Dia", jawab Rendra,
"Emang Dia tahu kita dimana?", tanya Don,
"Tenang...percaya deh...", Rendra mengeluarkan walkie talkie-nya. Dia pun mencoba untuk menghubungi Firman...
Sementara itu...
"Ayo!...Ayo!........Ayo Fen, Ayo!!!", ternyata tubuh yang terjebak di dalam 'tanah pengisap' (pasir isap) adalah Fendi.
Ya, Fendi terjatuh terperosok ke dalam jurang. Tubuhnya berguling-guling dan saat tubuhnya mendarat di atas pasir isap, kepalanya terlebih dulu yang mengenai permukaan 'tanah pengisap' itu. Dan dalam hitungan menit, kepalanya terisap ke dalam. Ya, seperti itulah kejadian lima belas menit yang lalu. Saat ini, Firman mencoba untuk memompa jantung Fendi, berharap nyawanya bisa diselamatkan. Sedangkan Maria mencoba untuk menenangkan Ema,
"Fen!...Kamu! Harus! BISAAA!!!...", sudah beberapa kali Firman mencoba tapi Fendi tak kunjung sadar. Setidaknya, ia sudah berusaha. Dan sayang sekali, nyawa Fendi sudah terlambat untuk diselamatkan. Firman gagal lagi dalam melindungi anggota tim nya. Ini akan menjadi pukulan berat baginya.
"Maaf Fen...seenggaknya....Aku udah berusaha......semoga Kamu tenang di sana...", tak lama kemudian,
"...Man?...Firman?", walkie talkie Firman berbunyi,
"Masuk!",
"Man! Don sama Tata udah ketemu!"...
Hari yang berat dan panjang telah berlalu. Kini, malam pun tiba. Firman, Maria, Ema, Rendra, Don dan Tata sudah berkumpul. Meskipun, Tata masih belum sadarkan diri sejak Rendra menemukannya. Tapi untungnya, lukanya sudah terobati. Ditemani api unggun, para anak muda itu menghabiskan malam yang suram.
"Man?", panggil Don,
"Apa?", jawab Firman,
"Kita harus gimana nih? Sarang Buaya belum juga ketemu, tapi kita udah kehilangan 4 orang temen kita. Kalo kayak gini terus, bisa-bisa kita...",
"Nggak!", Firman memotong omongan Don, "Nggak boleh ada diantara kita yang mati lagi!....GAK BOLEH!! Buatku...ini adalah sebuah kegagalan yang sangat besar. Aku gak bisa melindungi temen-temenku, Aku gak bisa nolongin kalian disaat kalian kesusahan. Makanya, Aku janji...mulai sekarang Aku gak bakalan lengah...Aku gak mau ada temen-temenku yang mati lagi...Aku pengen...kalian semua selamat...TITIK!", tiba-tiba...
SREKKKK!!!
"Semuanya! Waspada!", semak-semak di belakang mereka bergerak. Dan ada suara sesuatu atau seseorang bergerak ke arah anak-anak muda itu...
"Hah...Hah...Hah......Akhirnya.....Aku bisa ketemu kalian lagi...."
To Be Continued....







0 komentar:
Posting Komentar